Jumat, 06 Januari 2012

dibalik kisah tersimpan kisah

hentak nafas dibalik tubunya yang kurus membuat hati merasa miris. tak jarag ludahnya mengandung darh, entak penyakit apa yang sedang menggerogoti tubuhnya yang kurus. tapi mendengarnya batuk dan melihat wajahnya yang pucat saja membuat aku lunglay. sungguh aku bingung harus bagaimana, bila aku berikan dia perhatian lebih bisa saja orang berfikir negatif terhadap kami tapi sungguh diri ini tersiksa melihat dia dengan kondisi seperti itu.
"kamu sakit apa a?"tanyaku lirih sedikit dekat ke telinganya, "aku baik-baik saja de... kamu gak usah khawatir seperti iti. ini uda biasa kok buat aku", "tapi..."
dia pun memotong perkataanku dengan senyum hangatnya dan sentuhan tangan di bahu ku. dia terus berusaha membuat aku yakin bahawa dia baik-baik saja.

malam pun tiba, sayup-sayup suara kodok pun kian terdengar jelas. kebetulan rumahnya di pinggir kebun kecil yang di tanami berbagai macam sayuran. entah milik siapa tapi yang aku tahu itu bukan miliknya.
kondisi fisiknya kian melemah, dia pun menggigil sedangkan seluruh tubuhnya berhawa panas. beberapa kali aku memeriksa suhu tubuhnya dengan menyentuh jidat dan lehernya dan itu sangat panas untuk ukuran suhu manusia. aku terus berada di sampingnya dan tak terbersit sedikit pun hati ini tuk meninggalkannya. "a badan mu makin panas, sebaiknya kau minum obat...", "aku gak biasa minum obat de...", "tapi untuk kali ini aku harap kau minum obatnya". tapi sayang tak ku temukan obat yang biasa dia minum. ku cari di semua sudut kamar nya yang kecil namun tetap saja aku tak menemukannya. "aa taro dimana obatny?"tanyaku dengan sedikit kesal... "aku sudah buang obat-obat itu, aku tak biasa minum obat". tak habis akal ku, ku bangunkan sahabt kami satu lagi, kebetulan dia suda pulas tertidur dari sore hari. aku memakluminya kebetulan tadi siang pekerjaan kami sangat amat melelahkan. "lot.. lot... bangun"ku goyangkan tubuh kurusnya yang tergeletak tertidur pulas diatas lantai berkarpet biru. namun ia tak kunjung bangun, bergerk sedikit pun tidak, aku terus saja menggoyangkan badannya agar dia bangun. "lot... please bangun darurat nih"namanya aditya zulfikar tapi aku panggil dia "bolot"

akhirnya dia pun terbangun, tak pikir panjang aku meminta bantuannya untuk membelikan obat kewarung. tapi dia menolaknya, memang jam sudah menunjukan pukul satu dini hari. aku pun tak bisa memaksakan kehendakku, adit pun langsung tertidur kembali. aku masih setia berada di samping di sahabat ku. jujur hati ini kian galau melihatnya seperti itu, rasa takut kehilangan saabat terbaik kian membesar merajai hati. "a masih kuat kan?"tanya ku sambil ku cek kembali suhu tubuhnya. aku pun kaget panasnya kian meninggi, kesadarannya pun mulai terganggu. dia mulai mengigo dan terus memegangi tanganku. jujur saja tangan ini sudah basah denagn keringat dan merasa kian terbakar. tuhan... ada apa dengan ini semua, kenapa kau buat dia seperti ini. sungguh bila perlu buat saja diriku yang merasa semua ini jangan buat tubuhnya yang kurus semakin tersiksa. "aduh... aku takut terjatuh... aku takut jatuh..."kian sering ia mengigo dan kata kata itu muncul saat ku lepas tangan ku dari genggamannya. tak tega mendengar rintiannya aku pun kembali memegangi tangannya yang panas. dia pun menggeser tubuhnya, kepalanya di letakkan di pangkuanku, matanya meneluarkan air mungkin karena suhu tubuhnya yang panas. ku usap air mata itu ku elus kepalanya yang kian pana....
tuhan ku harap pagi akan segera tiba, sungguh lama aku rasakan malam ini tuk berlalu. "masih kuat gak a?, "jangan lepasin genggaman tangannya gak kuat...", "ia,, yang kaut ya a...". tetes air mata pun akhirnya terjatuh dari mataku dan membasahi pipiku yang penuh dengan keringat.

pagi pun tiba, ku langsung bergegas menmbeli obat dan membelikannya sarapan. aku ingin dia cepat sembuh dan kembali tersenyum seperti hari kemarin. ku paksa dia tuk meminum obatnya, ku ingin dia cepat sembuh dari sakitnya. "makan dulu ya lalu minum obat nya", "tapi aku tak terbiasa untuk makan pagi-pagi", "tapi kali ini lain ceritanya, kamu harus minum obatnya". dia pun langsung meminum obatnya dan kondisinya sedikit membaik, tapi aku enggan untuk meninggalkannya.
dua hari pun berlalu, aku masih berada di sampingnya, hanya sesekali waktu aku pulang kerumah karena kau harus mandi dan mengganti pakaianku. untuk makan pun aku membelinya di warung dan ku bawa kerumahnya. kerjaanku pun aku tinggalkan demi mengurusnya secara total, tak ingin dan tak bisa aku meninggalkannya sendirian.

akhirnya keadaanya pun membaik, dihari ketiga ini aku beranikan diri untuk bekerja. karena aku tak bisa berlama-lama meninggalkan pekerjaanku. bisa-bisa kau kena surat peringatan...
"a.yan aku pergi kerja dulu ya, kalu terjadi apa-apa atau pun kau butuh apa-apa hubungi aku saja"
aku pun menyelesaikan semua pekerjaan ku di pagi itu lalu pas jam istirahat aku pulang dan ku bawakan ia makannan beserta obat yang ku beli di warung.
dia pun akirnya sembuh dan bisa beraktifitas kembali. jujur senag rasanya hati ini meliat dia bisa tersenym kembali. semua kejadian yang menimpanya ini menjadikan aku bertamba yakin kedekatan kita berdue atas ketulusan hati. tekad ku pun kian bulat menganggapnya menjadi sudara ku sendiri seperti saudara kandungku. dan kedekatan kita pun kian erat, semua cerita tentang hidup kita berdua pun kita diskusikan bersama mencari jalan keluarnya bertukar kisah membangun hari esok yang cerah.

dia adalah sosok yang mampu mengertikan aku memahami inginku karna itu aku anggap dia KAKAK. apapun rela aku perjuangkan demi kakak ku ini karena dia hanya dia yang bisa membawa aku kekehidupan yang nyata ini mengingatkan aku di saat langkahku gontai memberitahu ku bahwa hidup ini dunia kerja tak seindah yang ada diangan tapi akan selalu ada kejutan entah itu indah entah itu membuat kita hilang karena prustasi. entah mengapa di luaran kian berkembang spekulasi tentang kedekatan kita berdua. mungkin semua itu karena kekuranganku. tapi aku sungguh-sungguh berani bersumpah sumpah apa pun aku berani melakukannya, aku hanya anggap dia kakak dan sahabat tak lebih karena aku BUKAN PESAKITAN. tapi harus dengan jalan seperti apa aku menyadarkan mereka....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar