aku memang tak sempurna tapi aku punya hak utuk di cintai |
Jejaring
social menjadi wadah untuk aku mencurahkan segala kepenatan yang aku lalui
dalam hidup ini setelah dia meninggalkanku. Seiring berjalannya waktu, aku pun
mulai bisa melupakan semua kenangan ynag terindah bersamanya. Walau
banyak hal yan aku rasakan sangat merugikan aku. Tapi aku coba tegarkan diri
bahwa bila semuanya terus diratapi gak akan pernah kembali yang ada hidup kita
semakin hancur.
Dijejaring
social kamu banyak mendapatkan teman baru, mulai dari daerah yang sama sampai
yang luar pulau bahkan luar negri. Senang rasanya aku saat ini, banyak bertukar
informasi sehingga aku bisa banyak tahu tentang dunia luar. Kenangan bersamanya
pun kian memudar tak lagi bisa ku ingat. Apa lagi aku mendapatkan
sosok pria baru yang sangat perhatian terhadapku. Ya bisa dibilang cinta dunia
maya....
Setelah beberapa pecan kami menjalin
komunikasi secara intens melalui alat komunikasi atau pun jejaring social.
Akhirnya kami pun bertemu.
Dirga
Pratama, nama y sesuai orangnya gagak dan penyayang walau penilaian ini aku
ambil dari sudut pandangku. Beberapa kali akhir pekan kami habiskan bersama,
walau pun hanya sekedar ngobrol diwarung pinggir jalan. Dia beberapa kali
memberikan aku ucapan manis hingga aku tak bisa untuk melupakannya. Sentuhan
dan tatapannya yang tak melecehkanku membuat aku kian nyaman berada bersamanya.
Satu persatu ksah yang memilukan yang pernah aku alami kian terhapus. Hingga tak
sudi rasanya aku untuk mengenal lelaki bajingan itu.
“aku bahagia bisa bersama kamu bew..”
Dia peluk erat tubuh ini
“aku juga bahagia bisa bersama kamu,
tapi aku takut kamu gak bisa terima aku dengan apa adanya”
“Andita kamu gak perlu takut, aku pun
punya masa lalu. Untuk apa kita terus berpikir kebelakang bila ada masa depan
yang indah di depan sana”
“kamu yakin?..”
“kenapa harus gak yakin kalo semua yang
kita lalui didasari rasa sayang yang tulus. Toh masa lalu aku pun gak
sesempurna nabi bew”
Aku pun kian terenyuh akan
perkataannya, aku kian yakin bahwa dia pilihan terakhir dihidupku. Aku akan
menjaga semuanya hingga akhir nanti...
Fajar
yang bersinardi balik embun yang menyegarkan pagi hari pun tertutup satu
gumpalan awan hitam. Entah mengapa awan itu kian menggoda bunga tuk terus
menatap bentuknya yang kian menyerupai dewa amour. Ku helakan nafas yang
panjang, ku jawab sapa nya yang di sertai senyumnya yang lembut.
“apa kabar andita?...”sapa Zee, si
pecinta masa SMA yang membuat ku luka
“baik zee, kamu sendiri?.. ku jawab
sapanya sambil ku terima uluran tangannya
Kian hari kian dekat kami menjalin
komunikasi setelah aku pertemuan tak sengaja itu di salah satu pusat
pebelanjaan. Dia terus memperhatikan aku, menelponku menghibur aku di saat
lelah. Walau semua itu dilakukan lewat telpon. Jujur rasa yang telah mati itu
pun kian bersemi kembali, hingga aku tak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
Aku pun kian melupakan Dirga, karna terus terbuai akan perhatian Zee.
Satu
sore aku pun menepati janjikuuntuk bertemu Dirga di tempat biasa kami bertemu.
Sebenarnya pertemuan ini sudah direncanakan sejak tinga mingu alu namun aku
selalu lupa karena Zee selaludatang kerumah dan mengajakku pergi. Saat aku dan
Dirga asik dengan obrolan kami dan rasa rindu yang ternyata masih tumbuh uga
dihati ini. Zee tiba-tiba menelponku dan dia sedang diperjalanan untuk
menjemputku ditempat dimana aku dan Dirga bertemu.
“kamu jangan gila, aku lagi sama
Dirga?..”emosi rasanya aku menghadapi sikap Zee yang kekanakan
“aku pokoknya menuju kesitu, tunggu
aku”
“lu gila yua,,,,”
Di putuskannya sabungan telpon kami...
Dirga pun menatapku yang kebingungan
dengan penuh curiga
“kamu kenapa, siapa tadi yang menelpon
kamu?”
“bukan siapa-siapa hanya teman, dia mau
mengganggu kencan kita”
Tertawalah Dirga dengan terbahak-bahak
“aduh bew kamu gak usah sepanik itu
juga, biarin aja di kesini. Sekalian aku juga ingin mengenal siapa saja yang
jadi teman kamu”
“tapi dia laki-laki”
“ya gak masalah...”
Zee puin tiba, di berusaha mengajakku untuk
pergi dan membuat Dirga tidak nyaman dengan nada bicaranya serta perkataannya
yang kian mengeras.
Jujur yang kini ada dipikiranku hanya
satu, aku harus mencari cara agar Zee pulang dan Dirga tak curiga akan hubungan
aku dan Zee.
Tak bisa dihindari lagi mereka
berduapun akhirnya saling perang argument tentang apa itu cinta untukku.
Malu rasanya diriku saat semua orang
menatap kearah kami bertiga, terpaksa satu tamparan aku daratkan dipipi mereka
berdua. Aku pilih untuk pergi meninggalkan mereka berdua dikedai itu.
Dua
hari aku tak menjawab panggilan dan pean singkat yang mereka berdua kirimkan
kepadaku. Dua hari pula aku tak menemui meeka yang terus mencoba menemui aku di
rumah maupun ditempat dimana aku bekerja. Sampai mereka di usur oleg security
yang bertugas ditempat aku bekerja.
Setelah itu aku putuskan untuk
memberikan keputusan yang terbaik, aku pilih mendengarkan keinginan mereka
untuk aku jadikan satu keputusan terbaik. Dirga memilih untuk tetap mencintaiku
tapi dia juga memilih untuk pindah tugas keluar daerah. Sedangkan Zee dia
meminta aku untuk kembali merajut tali asmara yang sempat di bunuh. Sulit
untukku melepaskan keduanya, akhirnya aku coba jalani semuanya sesuai air yang
mengalir. Dirga ian sibuk ditempat kerja barunya, sampai-sampai dia lupa untuk
sekedar memberiku kabar. Sedangkan Zee kian intensif menemui aku dan menjalin
komunikasi.
Aku
kian larut dalam kenangan masa lalu yang kian merajai hati walau beberapa kali
aku hapus. Namun hasilnya aku kian terperangkap didalamnya. Apalagi kini Dirga
mengilang entah kemana, tak pernah aku dapatkan kabar darinya. Sedangka Zee
kain hiasa hari-hariku yang merasa sepi karna Dirga menjauh.
Pada titik akhir kesabaranku menunggu
kabar yang tak kunjung aku dapatkan. Aku putuskan untuk menjalin hubungan
dengan Zee. Indah rasanya, apa yang pernah kami lalui bersama dulu seakan
terulang kembali. Memori-memori sekolah pun kian bangkit kembali diperjalanan
cinta ini.
Aku pun kembali ketitik hitam dimana
aku terjerumus dilumpur yang sama. Aku dan Zee kain tak terkontrol lagi,
kehidupan yang tak semestinya kami jalani sebelum ijab Kabul pun kami lakoni.
Raga ini kian ta bisa lagi menolak hasrat Zee kian menggebu. Pikiran ini kian
membeku dan tak bisa bilang tidak saat Zee meminta banyak hal terhadapku. Semua
aku berikan semuanya aku turuti apa yang jadi maunya apa yang jadi keinginanya.
Tak pernah terbersit sdikit pun
dibenakku kalau Zee akan meninggalkan ku seperti dahulu dia lakukan padaku.
Terlalu
terbuai aku dibuatnya, hingga hari perpisahan itu pun tiba. Setelah semua yang
telah kami lewati bersama selama dua bulan membuat aku kian yakin terhadapnya.
Tapi yang aku dapati ternyata bukanlah suatu akhir yang bahagia melaikan kisah
lalu yang membuat hati ini kian goyahlah yang aku alami. Zee meninggalkanku
pergi tanpa rasa perduli atau pun iba terhadapku setelah apa yang aku lakukan
terhadap apa yang telah aku berikan untuk dirinya. Aku bagaikan samapah yang
tak ingin lagi dia ambil, dia pakai taupun dia simpan. Di pergi begitu saja....
Sakit rasanya hati ini, sulit bagiku
kini untuk percaya lagi akan kesetiaan cinta. Semua itu kini dimataku hanyalah
bunga nafsu yang akan menjerumuskan kita pada satu titik dimana kita akan
menyesal.
“tuhan tak banyak yang kini aku
minta,malu rasanya bila aku masih meminta banyak terhadapmusetelah apa yang aku
lakukan. Yang kini aku inginkan hanyalah, dosa yang aku lakukan engakau ampuni
dan ibadahku engkau terima. Dengan siapa nanti aku hidup berdampingan berumah
tangga. Aku pasrahkan hanya kepadamu, engkau yang maha tahu atas apa yang akan
terjadi dihidupku.”