Ku susuri jalanan sunyi dimalam buta, hanya cahaya rembulan yang
kian redup tertutup awan. Entah tujuan langkah kaki ini hendak ke mana dan pada
siapa. Yang ada kini hanyalah kegalauan rasa akan jiwa yang kian tak tahu akan
kubawa dijalan mana.Udara yang kian
buat kulitku merasa membeku tak surutkan langkahku tuk terus lalui malam ini.
Andai saja aku bisa memilih dalam waktuku ini, mungkin saat ini aku sudah
bersamanya.“Tuhan...Andai engkau tak
memberikanku tuk berdiri dipersimpangan seperti dihari yang lalu. Mungkin aku
tak akan seperti ini dengan kondisi yang sangat tak layak untuk dibilang
manusia.” Seperti biasa, pagiku selalu
diwarnai dengan kebisingan ibu-ibu tetangga rumah kontrakan yang meributkan
kelakuan anaknya dan pendapatan suaminya yang kian tak mencukupi tuk memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari. Jujur ingin rasanya aku membungkam mulut-mulut
itu dengan alat kontasepsi bekas semalam yang dipakai para pelangganku.“tok... tok... tok..
alia?...” bunyi pintuku yang dihiasi suara lembut nan binalSulit rasanya
aku buka mata ini, lengket dan lemasnya badan membuat aku kian gontai dalam
langkah.“ada apa
sih?...”sahutku lemas“ada gossip
baruuuuuuuuuu say...”ujarnya sambil masuk kedalam kamar kontrakanku“ikh ini masih
pagi kali yuli, gw masih ngantuk...Awas-awas jangan
duduk di tempat tidur gw. Gw mau tidur lagi”...“ikh anak gadis
kok tidur mulu kerjaannya”...“alah lagian gw
udah bukan gadis ini, gw pecun”Yuli tertawa
terbahak-bahak mendengar ucapanku, di terus saja bergosip ria seperti burungnya
pak.RT yang terus mengoceh setiap pagi.Senja tiba, ini
saat nya aku tuk berias wajah siap-siap memasang bodyku yang katanya bahenol
untuk diperjual belikan pada manusia-manusia yang tak puas akan istri atau
pasangannya. Andai saja dulu ibu tak memaksaku untuk memilih....Kesal rasanya
hati ini bila aku ingat kejadian dua tahun yang lalu saat semua kegilaan ini
dimulai. Dua tahun lalu, aku masih
semester dua disa;ah satu universitas suwasta, saat itu semua hariku terasa
indah. Rama, dia kekasih pertamaku. Saat pertama aku bertemu dengannya saat
masa orientasi siswa(MOS) aku langsung jatuh hati akan sosok kepemimpinannya
sebagai ketua mahasiswa. Saat itu dia beberapa kali melemparkan senyumannya
kepadaku, entah akunya yang GR atau memang ia benar-benar memberikan
senyumannya untukku. Enam bulan berlalu, kita berdua semakin dekat dan tak
jarang pula aku dilabrak oleh senior ku yang juga suka sama Rama. Lucu rasanya
bila ingat masa-masa indah itu sebelum aku terjatuh dalam lumpur dosa
bersamanya. Hujan deras yang mengguyur kota malang saat itu membuat aku dan
Rama harus berteduh sejenak sepulang kuliah. Aku tak kuat dengan dinginnya,
Rama pun membawaku pulang kerumahnya terlebih dahulu. Disitulah aku bersamanya
melakukan hubungan yang tak seharusnya kita berdua lakukan. Sedangkan pada saat
itu kita berdua belum ada kesepakatan yaitu kata jadian. Jujur saat itu yang
aku rasakan bukanlah suatu penyesalan melainkan rasa senang yang berlebihan. Hingga akhirnya kejadian itu pun
tiba...Handphoneku
tiba-tiba bergetar, sengaja ku simpan di atas meja biar alarm yang aku pasang
bisa membangunkanku siRatu Tidur.“haloooo, ada
apa Rama jam dua pagi telpon aku?”“maaf mba, ini
bukan si masnya, saya Dodi ... saya menemukan masnya tergeletak bersimbah darah
di dekat perbatasan”Sontak tangisku
pecah pagi itu, lemas rasanya tubuh ini untuk meneruskan percakapan di telpon.
Seisi rumah pun panaik dan mendatangi kamarku.“ono opo toh
ndo... malam-malam gini kamu jerit-jerit”Kupeluk erat
tubuh ibu, semua nya panic dan kakak ku mba.Alin mengambil telponku dan
meneruskan perbincangan yang cukuplama terabaikan olehku.Kami pun
bergegas kerumah sakit, ku dapati Rama yang terbaring Koma diruang ICU. Tangis
ku pun tak bisa lagi aku bending.Sedangkan esok
hari aku berniat memberitahunya bahwa aku sudah dua minggu telat datang bulan.
Tapi kenapa kejadiannya seperti ini, ya tuhan... ada apa ini aku harus
mengalami semua kejadian yang begitu naas untukku disaat semua akan aku bangun
dengan indah.Siapa orang yang
tega menganiaya Rama hingga ia diujung maut seperti itu. Bukan hal teridah yang aku
rasakan saat nafas terakhirnya berhembus dipelukanku. Sebelumnya ia terbangun
dan meminta untuk aku peluk. Saat adzan subuh itu berkumandang Rama pun
meninggalkan ku bersama anak yang aku kandung. Untung saja aku sempat
membisikkan ketelinganya bahwa aku sedang mengandung anaknya.Ia pun tersenyum
dan menatap mata ku dengan sayu dan raut wajahnya menahan rasa akit yang
teramat.“aku ingin kamu
hidup sayang, apa pun nanti keadaan kamu aku ingin hidup bersama kamu dan
anak-anak kita”“sa.. yang..
maaf.. kan.. a.. ku.. bi,la nan,ti a.. ku.. per,gi” kata terakhir yang keluar
dari mulutnya membuat rasa tegar yang ingin aku tunjukan padanya runtuh dalam
balutan air mata.Setelah sholat
Dzuhur jasadnya yang kaku pun dibaringkan didalam tanah yang berwarna coklat
kemerahan. Bergetar linu rasanya tubuh ini, tak kuat aku tuk ucapkan selamat
tinggal kekasih hati ku. Hanya derai air mata yang tak kunjung berhenti lah
sebagai ungkapan terdalamku.Tiga bulan berlalu setelah kematian Rama aku saksikan dipelukanku,
hingga detik ini air mata k uterus saja tertumpah. Sampai-sampai aku tak
menghiraukan keadaan bayi dikandunganku. Tahu-tahu perutku sudah mulai
membesar. Ibu pun kian curiga dengan perubahan pisikku, ibu dan mba.alin terus
mendesakku untuk melakukan tes kehamilan. Akhirnya aku pun mengakui kehamilanku
ini sudah ber umur tiga setengah bulan. Ibu pun kian murka dengan ku, ia pun
dengan tak sadar mengakui bahwa ia menyuruh antek-anteknya untuk mencelakai
Rama.Aku langsung
tersentak kaget mendengar pengakuan ibu, aku berontak memprotes tindakan ibu
itu. Aku pun di kurung ibu didalam kamar yang rasanya pengap, kamar yang di
buat dibawah tanah. Ibu bergegas mencari dukun beranak untuk mengaborsi
kandunganku. Karena ibu sudah menjodohkanku dengan anak temannya yang kuliah di
Australia. Pernikahan kami pun akan dilaksanakan tepat dua minggu lagi. Tapi
sayang ibu lupa, aku putrinya yang paling banyak akal. Aku keluar dari kurungan
ibu, di bantu ayah yang merasa kasihan denagn kondisiku. Dititipkanlah aku
dirumah salah satu temannya. Pak.Anwar namanya, sosoknya kalem dan memiliki
kekuasaan di pemerintahan. Aku pun merasa aman berada ditempatnya. Itu awalnya,
suatu malam aku diperkosa oleh pak.Anwar yang bertopengkan kedamaian di
mukanya. Luluh lantak rasanya perasaan ini, satu minggu aku ditempat yang
seperti neraka itu aku tinggal. Aku pun kabur dari tempat itu dan aku bertemu
dengan seorang wanita yang sedang menjajakan dirinya dipinggiran kota malang.
Dia bernama Yuli, wanita korban broken Home itu mengalihkan rasa kecewanya
terhadap keluarganya yang hancur karena kehadiran seorang wanita idaman lain.
Aku pun dibawa ke rumah kontrakannya yang terletak di gank kecil yang sesak
oleh kehidupan yang penuh dengan protes akan hidup ini. Putra pertamakupun lahir kedunia
ini, ku berinama ayahnya Rama Rahadian Putra. Buah cinta yang tulus dari aku
dan Rama, aku berharap anak ini akan seperti ayahnya berjiwa pemimpin dan penuh
karisma positif. Namun kini yang hadir dibenakku bagai mana caranya aku
menghidupi anakku dan membayar hutang pada Yuli. Karena selama ini dial ah yang
membiayai hidupku dan kelahiran putraku. Aku coba melamar pekerjaan kemana-mana
tak ada satu pun yang mau menerima ku. Karena semua izajah dan lain-lainnya ada
dirumah pada saat aku keluar dari rumah boro-boro kepikiran untuk bawa
surat-surat penting itu.Aku pun
memutuskan untuk terjun kedua hitam ini, dunia dimana aku harus melayani nafsu
para bajingan. Tubuhku dinikmati lantas dibayar tak jarang aku mengalami
kekerasan seksual dari pelangkan yang menggunakan jasaku.Entah sampai
kapan kehidupan yang keji ini harus aku jalani, aku tak ingin akak ku nati
besar tahu. Ibu nya seorang wanita jalang yang liar saat malam tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar