Rabu, 28 Maret 2012

Rama Rahadian Putra (cinta dihembusan nafas terakhir)

Ku susuri jalanan sunyi dimalam buta, hanya cahaya rembulan yang kian redup tertutup awan. Entah tujuan langkah kaki ini hendak ke mana dan pada siapa. Yang ada kini hanyalah kegalauan rasa akan jiwa yang kian tak tahu akan kubawa dijalan mana.Udara yang kian buat kulitku merasa membeku tak surutkan langkahku tuk terus lalui malam ini. Andai saja aku bisa memilih dalam waktuku ini, mungkin saat ini aku sudah bersamanya.“Tuhan...Andai engkau tak memberikanku tuk berdiri dipersimpangan seperti dihari yang lalu. Mungkin aku tak akan seperti ini dengan kondisi yang sangat tak layak untuk dibilang manusia.”                Seperti biasa, pagiku selalu diwarnai dengan kebisingan ibu-ibu tetangga rumah kontrakan yang meributkan kelakuan anaknya dan pendapatan suaminya yang kian tak mencukupi tuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Jujur ingin rasanya aku membungkam mulut-mulut itu dengan alat kontasepsi bekas semalam yang dipakai para pelangganku.“tok... tok... tok.. alia?...” bunyi pintuku yang dihiasi suara lembut nan binalSulit rasanya aku buka mata ini, lengket dan lemasnya badan membuat aku kian gontai dalam langkah.“ada apa sih?...”sahutku lemas“ada gossip baruuuuuuuuuu say...”ujarnya sambil masuk kedalam kamar kontrakanku“ikh ini masih pagi kali yuli, gw masih ngantuk...Awas-awas jangan duduk di tempat tidur gw. Gw mau tidur lagi”...“ikh anak gadis kok tidur mulu kerjaannya”...“alah lagian gw udah bukan gadis ini, gw pecun”Yuli tertawa terbahak-bahak mendengar ucapanku, di terus saja bergosip ria seperti burungnya pak.RT yang terus mengoceh setiap pagi.Senja tiba, ini saat nya aku tuk berias wajah siap-siap memasang bodyku yang katanya bahenol untuk diperjual belikan pada manusia-manusia yang tak puas akan istri atau pasangannya. Andai saja dulu ibu tak memaksaku untuk memilih....Kesal rasanya hati ini bila aku ingat kejadian dua tahun yang lalu saat semua kegilaan ini dimulai.                Dua tahun lalu, aku masih semester dua disa;ah satu universitas suwasta, saat itu semua hariku terasa indah. Rama, dia kekasih pertamaku. Saat pertama aku bertemu dengannya saat masa orientasi siswa(MOS) aku langsung jatuh hati akan sosok kepemimpinannya sebagai ketua mahasiswa. Saat itu dia beberapa kali melemparkan senyumannya kepadaku, entah akunya yang GR atau memang ia benar-benar memberikan senyumannya untukku. Enam bulan berlalu, kita berdua semakin dekat dan tak jarang pula aku dilabrak oleh senior ku yang juga suka sama Rama. Lucu rasanya bila ingat masa-masa indah itu sebelum aku terjatuh dalam lumpur dosa bersamanya. Hujan deras yang mengguyur kota malang saat itu membuat aku dan Rama harus berteduh sejenak sepulang kuliah. Aku tak kuat dengan dinginnya, Rama pun membawaku pulang kerumahnya terlebih dahulu. Disitulah aku bersamanya melakukan hubungan yang tak seharusnya kita berdua lakukan. Sedangkan pada saat itu kita berdua belum ada kesepakatan yaitu kata jadian. Jujur saat itu yang aku rasakan bukanlah suatu penyesalan melainkan rasa senang yang berlebihan.                Hingga akhirnya kejadian itu pun tiba...Handphoneku tiba-tiba bergetar, sengaja ku simpan di atas meja biar alarm yang aku pasang bisa membangunkanku siRatu Tidur.“haloooo, ada apa Rama jam dua pagi telpon aku?”“maaf mba, ini bukan si masnya, saya Dodi ... saya menemukan masnya tergeletak bersimbah darah di dekat perbatasan”Sontak tangisku pecah pagi itu, lemas rasanya tubuh ini untuk meneruskan percakapan di telpon. Seisi rumah pun panaik dan mendatangi kamarku.“ono opo toh ndo... malam-malam gini kamu jerit-jerit”Kupeluk erat tubuh ibu, semua nya panic dan kakak ku mba.Alin mengambil telponku dan meneruskan perbincangan yang cukuplama terabaikan olehku.Kami pun bergegas kerumah sakit, ku dapati Rama yang terbaring Koma diruang ICU. Tangis ku pun tak bisa lagi aku bending.Sedangkan esok hari aku berniat memberitahunya bahwa aku sudah dua minggu telat datang bulan. Tapi kenapa kejadiannya seperti ini, ya tuhan... ada apa ini aku harus mengalami semua kejadian yang begitu naas untukku disaat semua akan aku bangun dengan indah.Siapa orang yang tega menganiaya Rama hingga ia diujung maut seperti itu.                Bukan hal teridah yang aku rasakan saat nafas terakhirnya berhembus dipelukanku. Sebelumnya ia terbangun dan meminta untuk aku peluk. Saat adzan subuh itu berkumandang Rama pun meninggalkan ku bersama anak yang aku kandung. Untung saja aku sempat membisikkan ketelinganya bahwa aku sedang mengandung anaknya.Ia pun tersenyum dan menatap mata ku dengan sayu dan raut wajahnya menahan rasa akit yang teramat.“aku ingin kamu hidup sayang, apa pun nanti keadaan kamu aku ingin hidup bersama kamu dan anak-anak kita”“sa.. yang.. maaf.. kan.. a.. ku.. bi,la nan,ti a.. ku.. per,gi” kata terakhir yang keluar dari mulutnya membuat rasa tegar yang ingin aku tunjukan padanya runtuh dalam balutan air mata.Setelah sholat Dzuhur jasadnya yang kaku pun dibaringkan didalam tanah yang berwarna coklat kemerahan. Bergetar linu rasanya tubuh ini, tak kuat aku tuk ucapkan selamat tinggal kekasih hati ku. Hanya derai air mata yang tak kunjung berhenti lah sebagai ungkapan terdalamku.Tiga bulan berlalu setelah kematian Rama aku saksikan dipelukanku, hingga detik ini air mata k uterus saja tertumpah. Sampai-sampai aku tak menghiraukan keadaan bayi dikandunganku. Tahu-tahu perutku sudah mulai membesar. Ibu pun kian curiga dengan perubahan pisikku, ibu dan mba.alin terus mendesakku untuk melakukan tes kehamilan. Akhirnya aku pun mengakui kehamilanku ini sudah ber umur tiga setengah bulan. Ibu pun kian murka dengan ku, ia pun dengan tak sadar mengakui bahwa ia menyuruh antek-anteknya untuk mencelakai Rama.Aku langsung tersentak kaget mendengar pengakuan ibu, aku berontak memprotes tindakan ibu itu. Aku pun di kurung ibu didalam kamar yang rasanya pengap, kamar yang di buat dibawah tanah. Ibu bergegas mencari dukun beranak untuk mengaborsi kandunganku. Karena ibu sudah menjodohkanku dengan anak temannya yang kuliah di Australia. Pernikahan kami pun akan dilaksanakan tepat dua minggu lagi. Tapi sayang ibu lupa, aku putrinya yang paling banyak akal. Aku keluar dari kurungan ibu, di bantu ayah yang merasa kasihan denagn kondisiku. Dititipkanlah aku dirumah salah satu temannya. Pak.Anwar namanya, sosoknya kalem dan memiliki kekuasaan di pemerintahan. Aku pun merasa aman berada ditempatnya. Itu awalnya, suatu malam aku diperkosa oleh pak.Anwar yang bertopengkan kedamaian di mukanya. Luluh lantak rasanya perasaan ini, satu minggu aku ditempat yang seperti neraka itu aku tinggal. Aku pun kabur dari tempat itu dan aku bertemu dengan seorang wanita yang sedang menjajakan dirinya dipinggiran kota malang. Dia bernama Yuli, wanita korban broken Home itu mengalihkan rasa kecewanya terhadap keluarganya yang hancur karena kehadiran seorang wanita idaman lain. Aku pun dibawa ke rumah kontrakannya yang terletak di gank kecil yang sesak oleh kehidupan yang penuh dengan protes akan hidup ini.                Putra pertamakupun lahir kedunia ini, ku berinama ayahnya Rama Rahadian Putra. Buah cinta yang tulus dari aku dan Rama, aku berharap anak ini akan seperti ayahnya berjiwa pemimpin dan penuh karisma positif. Namun kini yang hadir dibenakku bagai mana caranya aku menghidupi anakku dan membayar hutang pada Yuli. Karena selama ini dial ah yang membiayai hidupku dan kelahiran putraku. Aku coba melamar pekerjaan kemana-mana tak ada satu pun yang mau menerima ku. Karena semua izajah dan lain-lainnya ada dirumah pada saat aku keluar dari rumah boro-boro kepikiran untuk bawa surat-surat penting itu.Aku pun memutuskan untuk terjun kedua hitam ini, dunia dimana aku harus melayani nafsu para bajingan. Tubuhku dinikmati lantas dibayar tak jarang aku mengalami kekerasan seksual dari pelangkan yang menggunakan jasaku.Entah sampai kapan kehidupan yang keji ini harus aku jalani, aku tak ingin akak ku nati besar tahu. Ibu nya seorang wanita jalang yang liar saat malam tiba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar