Ku susuri jalanan sunyi dimalam buta, hanya cahaya rembulan yang
kian redup tertutup awan. Entah tujuan langkah kaki ini hendak ke mana dan pada
siapa. Yang ada kini hanyalah kegalauan rasa akan jiwa yang kian tak tahu akan
kubawa dijalan mana.Udara yang kian
buat kulitku merasa membeku tak surutkan langkahku tuk terus lalui malam ini.
Andai saja aku bisa memilih dalam waktuku ini, mungkin saat ini aku sudah
bersamanya.“Tuhan...Andai engkau tak
memberikanku tuk berdiri dipersimpangan seperti dihari yang lalu. Mungkin aku
tak akan seperti ini dengan kondisi yang sangat tak layak untuk dibilang
manusia.” Seperti biasa, pagiku selalu
diwarnai dengan kebisingan ibu-ibu tetangga rumah kontrakan yang meributkan
kelakuan anaknya dan pendapatan suaminya yang kian tak mencukupi tuk memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari. Jujur ingin rasanya aku membungkam mulut-mulut
itu dengan alat kontasepsi bekas semalam yang dipakai para pelangganku.“tok... tok... tok..
alia?...” bunyi pintuku yang dihiasi suara lembut nan binalSulit rasanya
aku buka mata ini, lengket dan lemasnya badan membuat aku kian gontai dalam
langkah.“ada apa
sih?...”sahutku lemas“ada gossip
baruuuuuuuuuu say...”ujarnya sambil masuk kedalam kamar kontrakanku“ikh ini masih
pagi kali yuli, gw masih ngantuk...Awas-awas jangan
duduk di tempat tidur gw. Gw mau tidur lagi”...“ikh anak gadis
kok tidur mulu kerjaannya”...“alah lagian gw
udah bukan gadis ini, gw pecun”Yuli tertawa
terbahak-bahak mendengar ucapanku, di terus saja bergosip ria seperti burungnya
pak.RT yang terus mengoceh setiap pagi.Senja tiba, ini
saat nya aku tuk berias wajah siap-siap memasang bodyku yang katanya bahenol
untuk diperjual belikan pada manusia-manusia yang tak puas akan istri atau
pasangannya. Andai saja dulu ibu tak memaksaku untuk memilih....Kesal rasanya
hati ini bila aku ingat kejadian dua tahun yang lalu saat semua kegilaan ini
dimulai. Dua tahun lalu, aku masih
semester dua disa;ah satu universitas suwasta, saat itu semua hariku terasa
indah. Rama, dia kekasih pertamaku. Saat pertama aku bertemu dengannya saat
masa orientasi siswa(MOS) aku langsung jatuh hati akan sosok kepemimpinannya
sebagai ketua mahasiswa. Saat itu dia beberapa kali melemparkan senyumannya
kepadaku, entah akunya yang GR atau memang ia benar-benar memberikan
senyumannya untukku. Enam bulan berlalu, kita berdua semakin dekat dan tak
jarang pula aku dilabrak oleh senior ku yang juga suka sama Rama. Lucu rasanya
bila ingat masa-masa indah itu sebelum aku terjatuh dalam lumpur dosa
bersamanya. Hujan deras yang mengguyur kota malang saat itu membuat aku dan
Rama harus berteduh sejenak sepulang kuliah. Aku tak kuat dengan dinginnya,
Rama pun membawaku pulang kerumahnya terlebih dahulu. Disitulah aku bersamanya
melakukan hubungan yang tak seharusnya kita berdua lakukan. Sedangkan pada saat
itu kita berdua belum ada kesepakatan yaitu kata jadian. Jujur saat itu yang
aku rasakan bukanlah suatu penyesalan melainkan rasa senang yang berlebihan. Hingga akhirnya kejadian itu pun
tiba...Handphoneku
tiba-tiba bergetar, sengaja ku simpan di atas meja biar alarm yang aku pasang
bisa membangunkanku siRatu Tidur.“haloooo, ada
apa Rama jam dua pagi telpon aku?”“maaf mba, ini
bukan si masnya, saya Dodi ... saya menemukan masnya tergeletak bersimbah darah
di dekat perbatasan”Sontak tangisku
pecah pagi itu, lemas rasanya tubuh ini untuk meneruskan percakapan di telpon.
Seisi rumah pun panaik dan mendatangi kamarku.“ono opo toh
ndo... malam-malam gini kamu jerit-jerit”Kupeluk erat
tubuh ibu, semua nya panic dan kakak ku mba.Alin mengambil telponku dan
meneruskan perbincangan yang cukuplama terabaikan olehku.Kami pun
bergegas kerumah sakit, ku dapati Rama yang terbaring Koma diruang ICU. Tangis
ku pun tak bisa lagi aku bending.Sedangkan esok
hari aku berniat memberitahunya bahwa aku sudah dua minggu telat datang bulan.
Tapi kenapa kejadiannya seperti ini, ya tuhan... ada apa ini aku harus
mengalami semua kejadian yang begitu naas untukku disaat semua akan aku bangun
dengan indah.Siapa orang yang
tega menganiaya Rama hingga ia diujung maut seperti itu. Bukan hal teridah yang aku
rasakan saat nafas terakhirnya berhembus dipelukanku. Sebelumnya ia terbangun
dan meminta untuk aku peluk. Saat adzan subuh itu berkumandang Rama pun
meninggalkan ku bersama anak yang aku kandung. Untung saja aku sempat
membisikkan ketelinganya bahwa aku sedang mengandung anaknya.Ia pun tersenyum
dan menatap mata ku dengan sayu dan raut wajahnya menahan rasa akit yang
teramat.“aku ingin kamu
hidup sayang, apa pun nanti keadaan kamu aku ingin hidup bersama kamu dan
anak-anak kita”“sa.. yang..
maaf.. kan.. a.. ku.. bi,la nan,ti a.. ku.. per,gi” kata terakhir yang keluar
dari mulutnya membuat rasa tegar yang ingin aku tunjukan padanya runtuh dalam
balutan air mata.Setelah sholat
Dzuhur jasadnya yang kaku pun dibaringkan didalam tanah yang berwarna coklat
kemerahan. Bergetar linu rasanya tubuh ini, tak kuat aku tuk ucapkan selamat
tinggal kekasih hati ku. Hanya derai air mata yang tak kunjung berhenti lah
sebagai ungkapan terdalamku.Tiga bulan berlalu setelah kematian Rama aku saksikan dipelukanku,
hingga detik ini air mata k uterus saja tertumpah. Sampai-sampai aku tak
menghiraukan keadaan bayi dikandunganku. Tahu-tahu perutku sudah mulai
membesar. Ibu pun kian curiga dengan perubahan pisikku, ibu dan mba.alin terus
mendesakku untuk melakukan tes kehamilan. Akhirnya aku pun mengakui kehamilanku
ini sudah ber umur tiga setengah bulan. Ibu pun kian murka dengan ku, ia pun
dengan tak sadar mengakui bahwa ia menyuruh antek-anteknya untuk mencelakai
Rama.Aku langsung
tersentak kaget mendengar pengakuan ibu, aku berontak memprotes tindakan ibu
itu. Aku pun di kurung ibu didalam kamar yang rasanya pengap, kamar yang di
buat dibawah tanah. Ibu bergegas mencari dukun beranak untuk mengaborsi
kandunganku. Karena ibu sudah menjodohkanku dengan anak temannya yang kuliah di
Australia. Pernikahan kami pun akan dilaksanakan tepat dua minggu lagi. Tapi
sayang ibu lupa, aku putrinya yang paling banyak akal. Aku keluar dari kurungan
ibu, di bantu ayah yang merasa kasihan denagn kondisiku. Dititipkanlah aku
dirumah salah satu temannya. Pak.Anwar namanya, sosoknya kalem dan memiliki
kekuasaan di pemerintahan. Aku pun merasa aman berada ditempatnya. Itu awalnya,
suatu malam aku diperkosa oleh pak.Anwar yang bertopengkan kedamaian di
mukanya. Luluh lantak rasanya perasaan ini, satu minggu aku ditempat yang
seperti neraka itu aku tinggal. Aku pun kabur dari tempat itu dan aku bertemu
dengan seorang wanita yang sedang menjajakan dirinya dipinggiran kota malang.
Dia bernama Yuli, wanita korban broken Home itu mengalihkan rasa kecewanya
terhadap keluarganya yang hancur karena kehadiran seorang wanita idaman lain.
Aku pun dibawa ke rumah kontrakannya yang terletak di gank kecil yang sesak
oleh kehidupan yang penuh dengan protes akan hidup ini. Putra pertamakupun lahir kedunia
ini, ku berinama ayahnya Rama Rahadian Putra. Buah cinta yang tulus dari aku
dan Rama, aku berharap anak ini akan seperti ayahnya berjiwa pemimpin dan penuh
karisma positif. Namun kini yang hadir dibenakku bagai mana caranya aku
menghidupi anakku dan membayar hutang pada Yuli. Karena selama ini dial ah yang
membiayai hidupku dan kelahiran putraku. Aku coba melamar pekerjaan kemana-mana
tak ada satu pun yang mau menerima ku. Karena semua izajah dan lain-lainnya ada
dirumah pada saat aku keluar dari rumah boro-boro kepikiran untuk bawa
surat-surat penting itu.Aku pun
memutuskan untuk terjun kedua hitam ini, dunia dimana aku harus melayani nafsu
para bajingan. Tubuhku dinikmati lantas dibayar tak jarang aku mengalami
kekerasan seksual dari pelangkan yang menggunakan jasaku.Entah sampai
kapan kehidupan yang keji ini harus aku jalani, aku tak ingin akak ku nati
besar tahu. Ibu nya seorang wanita jalang yang liar saat malam tiba.
Rabu, 28 Maret 2012
Minggu, 25 Maret 2012
PELANGI TAK BERWARNA (part 2)
Walau pagi ini
dipulau dimana tempat ayah mencari nafkan telah di guyur hujan. Baju ku pun tak
urung basah kuyup tapi tak menurunkan tekadku untuk menemui ayah.
Banyak orang
melihatku dengan nista, seakan aku tak layak untuk hidup. Perih rasanya
dibandingan rasa sakit diperut yang tak menemukan makanan sudah dua hari
lamanya.
Ayah dimana kau
tinggal, walu pulau ini kecil ukuranya tapi tetap saja aku harus mencarimu di
sebelah mana.
Kaki kecil yang
tinggal tulang yang terbungkus kulit kering terus saja melangkahkan kakinya
menyusuri setiap ploksok di pulau ini. Tak ada sedikit pun rasa untuk mengeluh
karena satu tekad ku, aku harus seceptnya menemui ayah sebelum semuanya
terlambat.
Tak terasa setengah hari ku
susuri pulau ini setengah dari luasnya sudah aku jelajahi. Namun belum sediit
pun tanda-tanda ayah tinggal di tempat ini
ya Alloh harus kemana lagi aku mencari ayah.
Baju yang basah
pun kini sudah kering kembali malah beberapa kali basah kembali oleh keringat
yang mengucur.
“nak, sepertinya
aku baru melihatmu di pulau ini. Kau berasal darimana?... muka mu pucat
sekali?..”tanya seorang wanita tua yang sibuk menenteng beberapa kantong
plastic besar.
“iea nek aku
bukan warga sini, aku kesini ingin mencari ayah...”
“pantas saja,
ayah mu memang kerja apa dipulau ini”
“aku pun tak
tahu nenk,,”
“lantas kau
sudah bertemu dengan nya?...”
Belum sempat ku
jawab pertanyaan nenek itu aku pun tergeletak lemas dipinggir jalan Sontak
nenek itu pun kaget di buatnnya. Entah apa yang terjadi saat aku pingsan tadi,
yang kini aku tahu saat mata ku terbuka aku ada di sebuah sofa mewah nan empuk.
“akhirnya kau
siuman juga”..
“saya dimana?..”
“kau dirumah ku
anak muda, ayo makan dulu cream soupnya dan jus buah itu agar kau cepat
pulih”...
Sungguh nenek
yang baik hati, padahal baru pertama kali bertemu tapi dia baik pada ku.
Aku pun ceritakan apa yang
menjadi kisah dihidupku bersama keluargaku dn kenapa sampai aku ada di tempat
ini. Nenek pun bersedia untuk membantu ku untuk mencari ayah di pulau ini.
Malam pun tiba
namun tubuh kurus ini belum pulih benar tuk melanjutkan mencari ayah. Akhirnya
aku putuskan untuk menerima tawaran nenek yang belum aku tahu namanya itu tuk
menginap di rumahnya yang mewah. Tak banyak orang ku temui di rumah ini. Hanya
seorang wanita setengah baya yang mondar mandir kesekeliling di sekeliling
rumah.
Pagi pun tiba, wangi apa yang
menusuk hidung ku. Emzzz dari wanginya seperti suatu hidangan yang hangat dan
lezat. Mata ku pun terbuka karena silau terkena sinar matahari di pagi ini.
“bangunlah nak,
aku sudah siapkan secangkir coklat hanta dan roti panggang isi keju” sapa
wanita setengah baya itu sambil mengelus kepalauku dengan lembut.
“ibu siapa?..”
“aku meliana,
putrid omah Linda yang menolongmu kemarin”...
Warna kulit mereka
sangat lah jauh berbeda dengan ku, aku hita sedangkan mereka putih dan tubuh
mereka tinggi.
Aku pun lekas
bangun dari tempat tidur yang sangat-sangat nyaman itu, ku bersihkan tubuhku
yang uh... bau tujuh rupa.
Ibu.Meliana
mengajakku pergi mencari ayah dengan menggunakan sepeda miliknya. Karena di
tempat ini tidak ada kendaraan bermotor sama sekali. Ya ada pun angkutan umum
yaitu andong, kereta kayu yang di gerakan oleh dua roda dan seekor atau dua
ekor kuda.
Sambil ku kayuh
sepeda pinjaman dari ibu.meliana ku tengokan kepalaku kekanan dan kekiri tuk
mencari ayah. Beberapa kali ibu.Meliana mengejek tingkah polahku yang seperti burung peliharaannya di
rumah yang selalu tengok kekanan tengok ke kiri.
Dua sosok wanita
yang baik hati, entah apa yang harus aku berikan sebagai balas budi ku pada
kedua wanita hebat ini.
Sayup-sayup ku dengan suara yang
tak asing rasanya ditelainga...
Suara yang
sedang mengobrol sambil tertawa terbahak-bahak disebuah rumah makan. Aku terus
berusaha meyakinkan suara siapa itu sambil aku hampiri sumber suara itu.
Ku lihat sosok
pria yang aku rindukan selama ini sedang asik mengobrol bersama beberapa
kawannya. Aku hampiri dia dan kusapa dia, didalam benakku dia akan memelukku
dengan penuh kerinduan dan kasih sayang. Tapi apa mau dikata, dia tak
sedikitpun mengakui aku anaknya bahkan dia tega mengusir aku dan menyiram
mukaku dengan minuman yang sudah ia minum. Yang lebih mengagetkan lagi, wanita
disampingnya memanggilnya sayang.
“siapa dia
ayah?”
“heh gembel, ada
urusan apa kau tanya-tanya seperti itu kepadaku”
“hey manusia
sombong, tak perlu kau begitu pada bocah malang ini. Andai dia itu adalah aku
tak sudi rasanya aku memanggil lelaki yang tak bertanggung jawab tetap
dipanggil ayah” bela ibu.Meilan
“hey wanita
jalang tak usah kau ikut campur”
Sungguh aku
menjadi marah dibuatnya, wanita yang begitu baik kepadaku dihina oleh ayahku
sendiri. Sakit rasanya hati ini...
“cukup tuan yang
kaya raya dan terhormat, maaf saya sudah salah orang. Terimakasih”
Dengan langkah
yang gontai, aku kembali kerumah ibu.Meliana, beberapa kali aku jatuhkan air
mata. Entah apa yang harus aku lakukan lagi dan jawaban apa yang harus aku
berikan apada ibu nanti.
Setibanya dirumah mewah itu,
omah.Linda dan ibu.Meliana beberapa kali mencoba membantuku untuk tegar. Namun
hancurnya hati ini terus saja membuat aku kian terpuruk. Aku putuskan untuk
kembali kepulau dimana tempat aku dan keluarga ku tinggal. Terjangan ombak yang
menghempas bebatuan seakan gambarkan hati ini yang kian hancur.
Tibalah aku
dirumah, kulihat wajah ibu yang pucat karena penyakitnya kian parah belum juga
ditambah rasa khawatir yang besar terhadapku yang pergi tanpa pesan.
“ibu tahu kau
pergi kemana...!”
“maafkan aku
ibu,,”
“sekarang kau
sudah tahu mengapa dia melupakan kita disini...”
“jadi ibu,,,,”
“sudah lah,
jadilah kau anak yang bisa membuat harkat martabat kita naik. Agar dia tahu dia
tak penting untuk kita”
Kerinduan yang
kini berubah menjadi kebencian yang teramat besar aku jadikan pemacu untuk
menjadi apa yang ibu mau.
Subuh itu tiba, subuh dimana
menjadi subuh paling membuatku hancur dan terpuruk kian dalam. Ibu sang pelangi
dihidup kami menghembuskan nafas terakhirnya. Tak banyak pesan terakhirnya,
hanya saja aku harus menjadi seseorang yang bisa menggenggam dunia.
Kain kafan itu
membungkus tubuhnya yang kurus, tanah merah itu kini menjadi pembaringan
terakhirnya. Tuhan, satu yang aku minta... masukan ibu kesurgamu dan buat dia
bahagia disisi mu tuhan....
Diatas pusara
nya aku berjanji untuk mengabulkan apa yang ia inginkan dan dendam ini harus
terbalas tanpa ampun.
Sabtu, 24 Maret 2012
KARDUS KU INGIN KEMBALI
Andai
bunuh diri bukan lah suatu dosa dan andai saja bunuh diri bisa menyelesaikan
semua masalah yang ada. Mungkin saat ini aku pilih jalan itu tuk akhiri
semuanya. Kini yang ada di benakku bagaimana semua ini bisa terjadi dan
bagaimana masalah ini bisa cepat berlalu di hidupku. Sejujurnya aku merasa kena
harus masalah seperti ini yang terus hadir dihidupku. Sekilas sering mucul
pikiran picikku, kenapa tuhan tidak adil terhadapku. Saat ku lihat mereka
seakan sempurna hidupnya. Apa yang mereka inginkan bisa mereka dapatkan,
kekasih mana yang ingin mereka jadikan ratu dimalam-malamnya bisa mereka pilih.
Sedangkan aku... seakan semuanya sulit untuk aku raih sulit untuk aku bawa
dalam dunia nyata.
Aku
coba perbaiki diri dalam beribadah, dengan ketulusan hati tuk jadi lebih baik.
Agar aku bisa lebih dekat dengan tuhan, agar doa ku bisa cepat terkabul. Tapi
tak begitu mudah juga... tetap saja mereka yang masi ada di atas awan
kebahagiaan. Aku... masih sendiri masih dengan hinaan orang-orang yang
memandang aku dengan sinisnya. Seperti pagi tadi saat aku mulai menyusuri
jalanan yang kian tak lagi aku acuhkan setiap langkah yang gontai saat
menyusurinya. Mereka terbahak-bahak puas saat melihat dan mengejekku si bodoh
yang tak berseragam sekolah seperti mereka.
Air mata
rasanya sudah tak pantas lagi tuk keluar, sudah banyak aku tumpahkan tuk
menangisi hal yang sama rasanya bosan tuk aku keluarkan lagi. Jujur aku benci
mereka rasanya ingin tanggan yang tak berginzi ini menonjok muka mereka dan
merobek bibir yang penuh kesombongan itu. Tapi apalah daya nasib simiskin tak
pernah diperbolehkan punya nyali menyentuh mereka yang berduit.
Ku buka pintu rumah setengah
kudobrak pintu butut yang sudah laak buang itu...
“kenapa kamu
aran?..”tanya ibu sambil mengambilkan aku segelas air putih
“kenapasih
bu kita harus jadi orang miskin, sampai-sampai mereka puas menghina kita”
kekesalan itu ku muntahkan kepada ibu
“sabar nak,
ini takdir dari tuhan”
“takdir?... ini
takdir bu.. berarti tuhan gak pernah sayang sama kita tuhaan gak adil sama kita
bu?...”
“jaga ucapan
kamu arman, jangan hanya karena hinaan orang-orang bodoh itu kamu jadi musrik
nak” bentak ibu sambil membelalakan matanya
“terus kalau
tuhan adil kita gak mungkin hidup seperti ini”
“arman”
bentak ibu sambil dipukulnya meja didepannya
Aku pun
lekas pergi ke danau tempat dimana aku habiskan untuk membuang setiap kekesalan
yang ada di dalam hati. Hanya tempat ini yang jadi teman di hidupku, semua
orang jahat mereka hanya tahunya menghina dan merendahkan orang lain.
Seperti
biasa aku setiap pagi pergi berkeliling komplek dekat kampong kardus tempat
tinggalku. Disana aku mencari barang-barang yang layak jual yang sudah mereka
anggap sampah. Karena dari sampah-sampah itulah aku dapat hidup bersama ibu dan
seorang adikku yang masih berusia 10 tahun. Sedangkan bapak kami entah sekarang
ada dimana. Tuk menanyakan nya saja aku merasa jijik, dia tidak bertanggung
jawab terhadap aku ibu dan adikku.
Banyak hal
sesungguhnya yang bisa aku dapatkan dari kehidupan yang keras ini. Tapi tetap
saja aku merasa tuhan tidak pernah adil terhadapku.
“tin..
tin..”klakson mobil mewah itu mengagetkan aku yang berjalan di pinggir trotoal
perumahan
Saat ku
lihat, seorang pria sekitar 30 tahun memarkirkan mobilnya tepat disamping
simiskin.
“nama kamu
siapa?..”tanya lelaki itu sambil membuka jendela mobilnya
“maaf pak
ada apa ya, saya gak pernah nyolong pak?..”
#dia
tertawa, “siapa yang menuduh kamu mencuri, saya hanya bertanya siapa nama
kamu?...”
“saya arman
pak?..”
“usia kamu
berapa tahun”
“sekarang
usia ku baru 17 tahun 3 bulan pak, memangnya kenapa?..”
Dia pun
menawarkan pekerjaan terhadapku, aku sungguh kaget. Dia benar-benar mau
mempekerjakanku apa hanya mengiming-imingi ku saja. Dia terus meyakinkanku,
menurutnya pekerjaannya tak begitu memerlukan banyak tenaga dan tak harus
panas-panasan lagi. Karena aku ingin merubah nasib keluargaku. Aku terima
ajakan lelaki itu untuk bekerja bersamanya.
Keesokan harinya aku mendatangi
rumahnya yang seperti istana, tak banyak hal yang aku tahu dari pekerjaan rumah
tangga. Dia pun menyuruh seorang anak buahnya untuk mengganti pakaianku dengan
yang layak. Mungkin baju yang menurutku paling baik ini tak layak dipakai lagi
kali ya... aku bingung dibuatnya...
“Kamu merasa
nyaman dengan pakaian itu?” tanya pak.Rusdi nama lelaki baik hati itu
“emzz ini
terlalu mahal untuk aku kenakan pak?..”
“kata siapa.
Itu hanya pakaian biasa kok”...
“darmin
siapkan mobil kita akan berangkat sekarang...”
Tak banyak
pertanyaan aku lontarkan pada pak.Rusdi, yang aku tahu aku akan bekerja untuk
penghidupanku yang lebih layak.
Aku dibawa kestudio foto, bayak
sekali orang yang menunggu kedatangan pak.Rusdi. Saat pak.Rusdi masuk hamper
semuanya menyapa beliau dengan senyuman ramah. Mereka langsung berdiri tegap
seakan pak.Rusdi seorang raja yang datang ke istana setelah perjalanan panjang.
Lucu sekaligus malu aku rasakan.
“perkenalkan,
dia Arman model baru kita”
Mereka pun
bertepuk tanggan dan menyalami ku dengan ramah. Tapi juju raku tak tahu apa itu
yang dimaksud dengan Model?...
Pak.Rusdi
menyuruhku keruang kostum dan Make up, katanya aku akan di ubah menjadi lebih
keren. Sungguh pusing rasanya kepala ini, aku di putar ke kanan aku di putar
kekiri. Belum lagi muka ku di oles apa lah buatku gatal dan tak nyaman. Satu
setengah jam aku lewati di dalam ruangan itu, lalu pak.Rusdi pun datang
menghampiriku dan ia berkata “ini dia permata yang terpendam di balik tumpukan
kardus”...
Aku bingung
dengan pernyataan nya itu.
Kaku, kata pertama yang dikeluarkan
oleh mas-mas yang menggambil fotoku untuk pertama kalinya. Lalu ia panggil
seorang yang disebut piñata gaya, aku di arahkan olehnya. Tiga jam berlalu dari
berdiri jongkok duduk hingga tiduran aku dibuatnya.
Lalu aku
diajak pak.Rusdi pulang, saat di mobil aku diberinya sebuah amplop. Saat aku
buka aku sangat terkejut melihatnya. Uang sebanyak lima ratus ribu rupiah. Aku
pun langsung bergegas pulang dan memberitahu ibu kalu kita kini bisa makan.
Karena jujur saja sudah dua hari ini kami bertiga belum makan sama sekali. Tadi
aku dapat nasi box tapi aku tak ingin memakannya karena aku ingat ibu dan adik.
Satu tahun aku jalani profesi baruku
sebagai model, banyak hal yang kini berubah dari kehidupanku. Rumahku kini
bukan di perumahan kardus lagi kenadaraan ku bukan sandal jepit lagi tapi
sebuah mobil mewah. Namun satu hal yang kini sangat membebani batin dan
perasaanku. Aku harus terjerumus kedalam lubang dosa yang kian dalam. Hamper
setiap hari aku harus melayani keberingasan nafsu pak.Rudi dan kawan-kawannya.
Terkadang ingin rasanya aku berteriak dan pergi dari dunia kelam ini. Tapi aku
tak bisa lepas karena hutang budi pak.Rusdi terhadapku dan keluargaku sangat
besar. Dia membelikan aku rumah mewah dan mobil mewah tanpa berpikir panjang.
Namun aku merasa semua ini sia-sia saja karena aku terus menjadi pesakitan si
pemuas nafsu kaum sakit.
Ibu...
adik... maafkan aku yang harus menjali hidup kotor demi tidak di hina lagi oleh
mereka yang berlindung dibalik kekayaan orang tuanya.
Tapi apalah
daya kini aku sama seperti mereka naïf dan menjijikan....
Andai aku bisa terlepas dari jerat
nista ini, model hanyalah profesi yang menutupi aib ku sebagai pemuas nafsu
mereka yang sakit.
Tuhan
maafkan aku yang tak bersyukur akan rumah kardusku, maafkan aku yang gila akan
hormat. Maafkan aku tuhan dan kini di usiaku yang ke delapan belas tahun aku
harus menanggung penyakit kotor yang kapan saja bisa merenggut nyawaku. AKU
RINDU RUMAH KARDUSKU, namun aku tak bisa kembali kerumah kardusku. Terlalu suci
rumah itu untuk aku singgahi lagi, mungkin ini saatnya aku menikmati kenaifanku
dengan penyakit mematikan dikemewahan yang penuh dosa nista. . . andai ibu dan
adik tahu akan kondisiku saat ini, mungkinkah mereka mau memaafkan aku?...
tuhan... maafkan aku... maafkan aku tuhan...
Jumat, 16 Maret 2012
PESAKITAN?.. SEBUAH PILIHAN ATAU BUKAN...
entah harus dari mana aku jabarkan perasaan ku ini, aku binggung kenapa selalu rasa ini yang singgah di hati seorang pecundang seperti aku. aku binggung kenapa harus aku yang selalu di dera rasa yang terus membuat aku merasa dihantui.
marcell, laki-laki yang ceria dia mampu membuat suasana yang begitu kaku dingin dan "basi" menjadi suasana yang asik. perkenalan lewat dunia maya lalu berlanjut ke hubungan lewat telpon seluler/handphone. dia sering mengirimi ku pesan singkat/sms yang menunjukan rasa perhatiannya kepadaku. sadar atau pun tidak aku akui aku terbuai akan sikapnya hingga rasa sakit karna penghianatan Jhon yang menduakan perasaan ku dengan seorang wanita jalang äyam kampus". sungguh sakit aku dibuatnya padahal banyak hal yang sudah aku lakukan untuknya. hingga aku tak memperdulikan keadaan hidup ku sendiri. namun luka itu sedikit membaik saat marcell hadir dikehidupanku.
beberapa kali kami memutuskan untuk saling bertatap muka secara langsung pun tercetus. namun seiring itu pula rencana itu gagal karena kesibukanku sebagai milik publik yang harus siap dan tetap bekerja. apa lagi hari-hari libur, seakan ada cap "haram"untuk mengambil libur. tapi tak apa lah semuanya toh aku jalani dan aku nikmati hampir 3 tahun. namun membuat dia kecewa karena harus membatalkan janji.
"untuk kesekian kalinya aku minta maaf ya, aku tak bisa datang karena masih banyak pekerjaan yang belum aku selesaikan. minggu depan aku berjanji akan datang boy" pinta maafku uncapkan lewat telpon pada marsell
"lagi-lagi seperti itu, sebenarnya kamu sayang atau tidak kepadaku".. dari nadanya terdengan dia sangat kesal pada ku
"maaf untuk saat ini jangan permasalahkan dulu masalah perasaan, kita belum berjumpa dan kita harus berpikir ulang pantaskah kita jalani hubungan seperti ini sedangkan kita beradatkan ketimuran"..
"sudah lah..."
marcell pun mengakhiri pertengkaran kecil kami ditelpon
beberapa kali aku mencoba menghubunginya tapi nomornya tidak kunjung aktif. jujur aku semakin bingung dengan jalan hidupku sendiri. andai tuhan bisa memperjelas jalan hidup ini atau jangan aku yang seperti ini...
tiga hari berselang, marcell pun mengirimiku pesan singakat, dia meminta maaf atas sikapnya yang sedikit kekanankan dan tak mengerti pekerjaan ku yang selalu menuntut aku untuk profesional.
andai kamu tahu marcell, aku kian menggila dengan semua ini. entah rasa apa yang kini menguasai jiwa ini. mungkin ini yang disebut CINTA aku pun tak tahu. aku takut saat nanti aku tersadar ini hanyalah sebuah mimpi yang hadir di siang bolong. kau menghilang dan hanya perih yang hadir dirasa terdalam ku.
walau beberapa kali kau berusaha meyakinkan ku akan semuanya namun ketakutan dan rasa trauma akan kejadian lalu saat jhon menyakitiku tanpa menoleh lagi kepadaku. sakit sangat sangat sakit aku rasakan semuanya hingga kini saat aku ingat semuanya sakitnya masih terasa.
"aku harap minggu ini kamu datang, aku akan tetap menunggu kamu sampai kamu datang di tempat yang sudah kita sepakati di hari yang lalu"
bingung saat ku membaca pesan singkatnya...
aku pun harus memutar otakku, mencari cara bagaimana caranya aku harus pulang cepet dan menemui dia yang menunggu diriku.
"baik aku akan usaha kan tapi aku tak bisa janji"...
aku pun meminta izin pada rekan kerjaku untuk pulang lebih cepat walau kerjaan masih banyak. untung saja dia mau mengerti kondisi ini. tuhan... jujur sesungguhnya aku tak ingin hidup di jalan yang seperti ini lagi. tapi kenapa hingga kini aku belum menemukan seorang wanita yang benar-benar tulus mencintaiku dan aku pun mencintainya. tuhan, aku mohon hadirkan sosok itu untukku, aku tak ingin engkau murka kepada ku. tapi bila engkau belum memberikan sosok itu pada ku aku akan terus ada di jalan dosa ini. jadi seorang pesakitan itu sangat lah ringkih, pandangan masyarakat dan agama sangat membuatku tersiksa. belum lagi perasaan orang tua ku dan keluarga besarku yang harus aku jaga.
akhirnya tiba juga waktunya untuk kami bertemu, satu hal yang harus aku pertahankan dalam jiwaku yaitu menjaga perasaan ku sendiri.
"hay, marcell?" sambilku ulurkan tangganku
"iea, andre thank kamu udah bisa datang?.."
"maaf bila aku mengganggu waktu kerjamu, tapi aku yakin dengan rasaku kamu sosok yang dikirim tuhan untuk aku"..
"maaf, jangan kamu berbicara seperti itu marcell. kamu belum kenal aku yang sesungguhnya"
"sudahlah... kita pergi ke tempat itu sekarang, kamu pasti belum makan"..
kami pun masuk kesebuah tempat yang menjual aneka roti bakar, tempatnya nyaman walau pun tempatnya tidak besar atau pun mewah. kita berduapun saling menceritakan keseharian kita berdua dan segala yang menyangkut dirikita berdua. kenapa kita jadi seperti ini kenapa jalan ini yang kini aku dan dia jalani.
walau pun hanya dua jam, tapi aku menilai dia memang sosok yang jujur dan apa adanya. ketulusannya membuat perasaanku bergetar. hingga aku merasa tak mampu untuk menolak semuanya ini, aku sadari ini akan sangat sulit untuk dipertahankan tapi inilah apaadanya kami berdua.
mungkin ini jalan yang memang diberikan oleh tuhan untuk kami berdua, jalan yang tak sama seperti yang lainya.
"mama... papa... maafin andre, bukan maksud andre bikin kalian sedih dan kecewa. tapi ini jalan hidup yang harus andre jalani"
sulit memang untuk meyakinkan semuanya, ini jalan hidup yang memang untuk aku. walau diagama mana pun ini adalah suatu kesalahan yang besar. tapi sekarang aku kembalikan lagi. kenapa tuhan belum memberikan sosok gadis yang memang aku cintai dan dia mencintai ku juga.
dua minggu berlalu, lumayan banyak yang udah kita berdua lalui...
walau terkadang rasa penyesalan hadir saat dosa itu terulang dan terulang lagi. tapi hawa nafsu dan godaan setan laknat merasuk jiwa yang tersesaat kian menguasai. semuanya tak bisa terkendali lagi, hanya malam yang mampu menggambarkan semuanya...
kotor, ya itu sudah pasti... diriku sudah kotor sekarang...
seandainya... tapi sudahlah semuanya adalah pilihan dalam kehidupan ini. merah ya harus merah hitam ya harus hitam gak mungkin keduanya disatukan karena akan menimbulkan gejolak yang jauh lebih dari ini. kami akan menjalani kisah terlarang ini entah sampai kapan dan hingga kemana kami pun tak pernah tahu.
tuhan, bila memang ini benar-benar jalan yang engaku berikan untukku. maka buatlah mereka semua mengerti akan jalan hidup yang seperti ini. tapi bila ini sebuah cobaan dalam hidup, sungguh aku sudah tak tahan ingin rasanya aku keluar dari derita jiwa ini. aku ingin seperti mereka yang "sempurna". Tuntun hati yang tersesat ini tuhan, bawa aku ketitik yang engakau ridhoi bawa aku ketitik yang memang seharusnya. harap terakhir seorang pesakitan ialah sebuah kepastian yang memang sangat kami butuhkan.
Sabtu, 10 Maret 2012
SENANDUNG GERIMIS (part 1)
Hidup bukan lah suatu pilihan yang harus kita jalani. Hidup adalah sebuah perjuangan tuk menentukan jati diri seorang manusia. tuntutan dimasyarakat tuk layak dan di anggap ada memang terkadang membuat kita merasa tertekan. Siapa pun orangnya dan dimanapun ia tinggal, tungtutan itu akan tetap ada dan beragam dalam hadirnya. Disini, tempat dimana leluhurku tinggal pun masih lekat dengan hal itu. Walau saat kita lihat siapa yang ada di samping kita itu adalah saudara sendiri tapi tuntutan itu pun hadir sebagai salah satu warna hidup.
Mentari selalu gagah menyinari bumi ini namun tak jarang mentari hilang tertutup awan yang kian menebal dan menghitam.
seperti hari ini, ayah tak kunjung pulang dari perantauannya. Saat ibu lihat tempat beras tak ada sebutir pun beras tersisa. Tak pernah kudengar keluh keluar dari bibir nya yang selalu tersenyum...
"bu, aku lapar..."rintih sibungsu
"aku juga bu, perutku sakit sekali rasanya..."
"sabar ya nak, ingat kita jadikan hari ini pelajaran yang berharga tuk hari esok..."
"bu, kita tak mungkin terus menunggu ayah pulang... baiklah aku akan coba mencari nafkah.."
"Aris, jangan nak... kamu masih kecil dan kamu harus kesekolah hari ini..."
"tapi bu?.."
ibu menaburkan senyum ketenangan dan ketegaran di pagi itu...
sungguh getir rasanya nafas kehidupan yang kini aku dan keluarga ku jalani. hidup dengan berselimutkan kemiskinan membuat diri sering jadi bahan hinaan orang lain. tak jarang ibu sering dituduh sebagai wanita pembawa sial bahkan yang paling menyakitkan ibu sering dituduh sebagai perempuan murahan. kejamnya mereka terhadap kami sungguh begitu tega mereka kepada kami yang hany tak punya banyak uang. tapi mereka lupa kami ini manusia juga. dulu ayah memang anak seorang juragan kaya, tapi ayah memilih tuk menikahi ibu yang kelas bawah dan meninggalkan hartanya yang berlimpah di pulau sebrang. kini ayah kerja serabutan penghasilannya tak menentu belum lagi harus dipotong ongkos pulang dan di sisihkan lagi untuk ongkos berangkat kerja lagi. pedih memang jalan hidup ini bila terus dijalani dengan keluhan yang menggunung. tapi kami terus hadapi semuanya dengan senyum walu perih nya perut ini tak tertahan lagi. anadai aku sudah cukup umur untuk bekerja aku akan dengan sekuat tenaga ku bekerja mencari uang sebanyak-banyaknya yang penting orang tua dan keluarga ku tak susah dan tak dihina lagi.
seperti hari-hari yang lalu aku pergi kesekolah dengan berjalan kaki dan perut yang keroncongan. tak sepeserpun uang ku bawa tuk sekedar membeli makanan kecil sebagai pengisi perut. huh... kuat kuat kuat aku harus kuat... senyum.................
mereka memandangku dengan sebelah mata, sakit rasanya hati ini saat mereka rendahkan ku tapi ini mimpi ayah dan ibu aku harus jadi orang yang pandai aku harus tuntaskan pendidikanku.
Roi adalah satu-satunya orang disekolah yang mau menjadi temanku, dia tak pernah jauhi ku simiskin yang terhina ini.
"biarkan mereka hari ini tersenyum terbahak-bahak melecehkan dirimu, tapi yakinlah hari esok kamu yang akan tersenyum dan mereka malu"
"terimakasih teman..."
ayah sudah tiga bulan tak kunjung datang, tak ada kabar sedikit pun kami dapatkan. aku beberapa kali berusaha yakinkan ibu untuk pergi ketempat ayah bekerja. namun lagi-lagi ibu tak memberikan aku izin untuk pergi. tapi ada sesuatu hal yang membuat aku merasa ingin dan harus pergi ketempat dimana ayah bekerja. walau aku harus diam-diam, aku akan tetap pergi kesana...
SIAPA DIA ?... TUHAN...
detak jarum jam yang terus berputar lewati hari tandakan waktu kian buatku terbuay akan kekosangan dalam jiwa. entah harus ku arahkan kemana langkah kaki yang gontai ini, hingga rasa lelah pun kian mendera batin yang kesunyian. namun di ujung sana belum setitik cahaya terang ku dapati.
tuhan entah apa yang kini engaku akan berikan untukku sebagai kejutan dalam hidup ini. ku jalani semuanya namun lelah kadang mendera. ku mengeluh tapi pada siapa aku harus mengeluh akan jiwa yang terkurung di dalam jeruji hidup.
ku tapaki jalanan ini sudah hampir tiga tahun lamanya, bentuknya tetap sama suasananya tak banyak berbeda. disini dijalan aspal ini ku jalani nafas hidup dipagi hari. suasana pegunungan yang dingin dan lembab buatku membeku di kesunyian hidup. tawa ceria yang dulu hiasi hari, diri yang jadi diri sendiri & impian penyemangat yang dulu sangat dekat dengan diriku kini entah hilang kemana. semuanya seakan berbeda di saat ini, hingga kini aku bingung apa yang sebenarnya terjadi. ini hidupku tapi aku berperan sebagai orang lain, pesakitan...
papa memang orang yang jarang aku temui dalam hidup ini, namun perhatian, kasih sayang dan pengorbananya sungguh terasa. tapi satu hal yang dia lupa, aku butuh teman bercerita. dirumah memang ada mama tapi aku malu bila harus bercerita hal pri badi tentang PRIA ke mama. walau terkadang mama diam-diam selalu memperhatikan gerak-gerikku dan beberapa kali aku memergokinya sedang menggeledah kamarku.
"mama lagi apa?..."tanya ku penuh kecurigaan
"akh.. mama cuma mau merapihkan kamu saja. memangnya tidak boleh?..."
"owh... ya sudah...."
jujur aku ingin sekali miliki saudara laki-laki, mungkin kalau aku punya saudara laki-laki semuanya akan sedikit merubah. aku punya teman bercerita tentang semuanya ada teman tidur ada teman bercanda ada teman main ada teman ribut.... ke empat saudara ku semuanya perempuan, mereka enak bisa saling bertukar cerita. sering aku menguping dikamar, kedua adikku sedang bertukar cerita mendiskusikan apa yang kini sedang mereka alami. contohnya saja tentang pacar mereka yang masih mereka sembunyikan siapa mereka. karena aku sendiri belum memberikan mereka izin untuk berhubungan dengan laki-laki karena mereka masih kecil...
terkadang rasa iri pun menyeruak hebat di lubuk hati terdalamku tapi aku harus bagaimana lagi. inilah hidup yang sudah tuhan berikan untukku.
Beberapa bulan lalu aku dekat dengan seseorang, dia aku anggap kakak kandungku sendiri. dia pria dewasa yang memiliki pengalaman percintaan yang cukup hebat dimataku. awalnya semua berjalan dengan lancar tanpa ada satu hal apapun yang membuat kita berselisih paham. aku merasa nyaman saat bersamanay, karena bila sedang bersamanya aku bisa menceritakan semua yang menjadi keluh kesahku dalam hidup. tapi sayang itu beberapa bulan lalu sebelum mereka orang-orang usil hadir diantara kita berdua. kata bubar pun akhirnya kami tempuh untuk membuat merekanyaman untuk membuat mereka bahagia.
kini hidupku kian sepi tak bermakna, rasa bosan pun kian merajalela di dalam hati ini. terkadang hadir beberapa sosok dalam hariku namun mereka hany singgah tuk beberapa saat. saat ku sadari hidup ku ini ibarat pelabuhan yang hanya disinggahi kapal-kapal mewah yang hanya ikut bersandar merebahkan raga yang lelah berlayar.
satu hal yang kini aku ingin kan, aku tak ingin hanya menjadi pelabuhan itu. aku ingin dan sangat ingin mendapatkan dan memiliki dia. dia sosok yang memang dapat menertikan aku menerima aku apa adanya dengan segala kekurangan ku. dia mau padaku dan yang terpenting aku suka padanya. karena selama ini selalu berbalik-balik, aku suka dia tidak suka. dia suka akunya yang enggan miliki rasa untuknya.
tuhan siapa dia..? sosok itu siapa tuhan... aku tak inin terus bergelimang dalam lumpur kenistaan yang penuh dengan kepura-puraan. tuhan hanya dirimu lah yang mampu pertemukan aku dengan sosok itu. siapa dia tuhan?.....
Langganan:
Postingan (Atom)