Rabu, 28 Maret 2012

Rama Rahadian Putra (cinta dihembusan nafas terakhir)

Ku susuri jalanan sunyi dimalam buta, hanya cahaya rembulan yang kian redup tertutup awan. Entah tujuan langkah kaki ini hendak ke mana dan pada siapa. Yang ada kini hanyalah kegalauan rasa akan jiwa yang kian tak tahu akan kubawa dijalan mana.Udara yang kian buat kulitku merasa membeku tak surutkan langkahku tuk terus lalui malam ini. Andai saja aku bisa memilih dalam waktuku ini, mungkin saat ini aku sudah bersamanya.“Tuhan...Andai engkau tak memberikanku tuk berdiri dipersimpangan seperti dihari yang lalu. Mungkin aku tak akan seperti ini dengan kondisi yang sangat tak layak untuk dibilang manusia.”                Seperti biasa, pagiku selalu diwarnai dengan kebisingan ibu-ibu tetangga rumah kontrakan yang meributkan kelakuan anaknya dan pendapatan suaminya yang kian tak mencukupi tuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Jujur ingin rasanya aku membungkam mulut-mulut itu dengan alat kontasepsi bekas semalam yang dipakai para pelangganku.“tok... tok... tok.. alia?...” bunyi pintuku yang dihiasi suara lembut nan binalSulit rasanya aku buka mata ini, lengket dan lemasnya badan membuat aku kian gontai dalam langkah.“ada apa sih?...”sahutku lemas“ada gossip baruuuuuuuuuu say...”ujarnya sambil masuk kedalam kamar kontrakanku“ikh ini masih pagi kali yuli, gw masih ngantuk...Awas-awas jangan duduk di tempat tidur gw. Gw mau tidur lagi”...“ikh anak gadis kok tidur mulu kerjaannya”...“alah lagian gw udah bukan gadis ini, gw pecun”Yuli tertawa terbahak-bahak mendengar ucapanku, di terus saja bergosip ria seperti burungnya pak.RT yang terus mengoceh setiap pagi.Senja tiba, ini saat nya aku tuk berias wajah siap-siap memasang bodyku yang katanya bahenol untuk diperjual belikan pada manusia-manusia yang tak puas akan istri atau pasangannya. Andai saja dulu ibu tak memaksaku untuk memilih....Kesal rasanya hati ini bila aku ingat kejadian dua tahun yang lalu saat semua kegilaan ini dimulai.                Dua tahun lalu, aku masih semester dua disa;ah satu universitas suwasta, saat itu semua hariku terasa indah. Rama, dia kekasih pertamaku. Saat pertama aku bertemu dengannya saat masa orientasi siswa(MOS) aku langsung jatuh hati akan sosok kepemimpinannya sebagai ketua mahasiswa. Saat itu dia beberapa kali melemparkan senyumannya kepadaku, entah akunya yang GR atau memang ia benar-benar memberikan senyumannya untukku. Enam bulan berlalu, kita berdua semakin dekat dan tak jarang pula aku dilabrak oleh senior ku yang juga suka sama Rama. Lucu rasanya bila ingat masa-masa indah itu sebelum aku terjatuh dalam lumpur dosa bersamanya. Hujan deras yang mengguyur kota malang saat itu membuat aku dan Rama harus berteduh sejenak sepulang kuliah. Aku tak kuat dengan dinginnya, Rama pun membawaku pulang kerumahnya terlebih dahulu. Disitulah aku bersamanya melakukan hubungan yang tak seharusnya kita berdua lakukan. Sedangkan pada saat itu kita berdua belum ada kesepakatan yaitu kata jadian. Jujur saat itu yang aku rasakan bukanlah suatu penyesalan melainkan rasa senang yang berlebihan.                Hingga akhirnya kejadian itu pun tiba...Handphoneku tiba-tiba bergetar, sengaja ku simpan di atas meja biar alarm yang aku pasang bisa membangunkanku siRatu Tidur.“haloooo, ada apa Rama jam dua pagi telpon aku?”“maaf mba, ini bukan si masnya, saya Dodi ... saya menemukan masnya tergeletak bersimbah darah di dekat perbatasan”Sontak tangisku pecah pagi itu, lemas rasanya tubuh ini untuk meneruskan percakapan di telpon. Seisi rumah pun panaik dan mendatangi kamarku.“ono opo toh ndo... malam-malam gini kamu jerit-jerit”Kupeluk erat tubuh ibu, semua nya panic dan kakak ku mba.Alin mengambil telponku dan meneruskan perbincangan yang cukuplama terabaikan olehku.Kami pun bergegas kerumah sakit, ku dapati Rama yang terbaring Koma diruang ICU. Tangis ku pun tak bisa lagi aku bending.Sedangkan esok hari aku berniat memberitahunya bahwa aku sudah dua minggu telat datang bulan. Tapi kenapa kejadiannya seperti ini, ya tuhan... ada apa ini aku harus mengalami semua kejadian yang begitu naas untukku disaat semua akan aku bangun dengan indah.Siapa orang yang tega menganiaya Rama hingga ia diujung maut seperti itu.                Bukan hal teridah yang aku rasakan saat nafas terakhirnya berhembus dipelukanku. Sebelumnya ia terbangun dan meminta untuk aku peluk. Saat adzan subuh itu berkumandang Rama pun meninggalkan ku bersama anak yang aku kandung. Untung saja aku sempat membisikkan ketelinganya bahwa aku sedang mengandung anaknya.Ia pun tersenyum dan menatap mata ku dengan sayu dan raut wajahnya menahan rasa akit yang teramat.“aku ingin kamu hidup sayang, apa pun nanti keadaan kamu aku ingin hidup bersama kamu dan anak-anak kita”“sa.. yang.. maaf.. kan.. a.. ku.. bi,la nan,ti a.. ku.. per,gi” kata terakhir yang keluar dari mulutnya membuat rasa tegar yang ingin aku tunjukan padanya runtuh dalam balutan air mata.Setelah sholat Dzuhur jasadnya yang kaku pun dibaringkan didalam tanah yang berwarna coklat kemerahan. Bergetar linu rasanya tubuh ini, tak kuat aku tuk ucapkan selamat tinggal kekasih hati ku. Hanya derai air mata yang tak kunjung berhenti lah sebagai ungkapan terdalamku.Tiga bulan berlalu setelah kematian Rama aku saksikan dipelukanku, hingga detik ini air mata k uterus saja tertumpah. Sampai-sampai aku tak menghiraukan keadaan bayi dikandunganku. Tahu-tahu perutku sudah mulai membesar. Ibu pun kian curiga dengan perubahan pisikku, ibu dan mba.alin terus mendesakku untuk melakukan tes kehamilan. Akhirnya aku pun mengakui kehamilanku ini sudah ber umur tiga setengah bulan. Ibu pun kian murka dengan ku, ia pun dengan tak sadar mengakui bahwa ia menyuruh antek-anteknya untuk mencelakai Rama.Aku langsung tersentak kaget mendengar pengakuan ibu, aku berontak memprotes tindakan ibu itu. Aku pun di kurung ibu didalam kamar yang rasanya pengap, kamar yang di buat dibawah tanah. Ibu bergegas mencari dukun beranak untuk mengaborsi kandunganku. Karena ibu sudah menjodohkanku dengan anak temannya yang kuliah di Australia. Pernikahan kami pun akan dilaksanakan tepat dua minggu lagi. Tapi sayang ibu lupa, aku putrinya yang paling banyak akal. Aku keluar dari kurungan ibu, di bantu ayah yang merasa kasihan denagn kondisiku. Dititipkanlah aku dirumah salah satu temannya. Pak.Anwar namanya, sosoknya kalem dan memiliki kekuasaan di pemerintahan. Aku pun merasa aman berada ditempatnya. Itu awalnya, suatu malam aku diperkosa oleh pak.Anwar yang bertopengkan kedamaian di mukanya. Luluh lantak rasanya perasaan ini, satu minggu aku ditempat yang seperti neraka itu aku tinggal. Aku pun kabur dari tempat itu dan aku bertemu dengan seorang wanita yang sedang menjajakan dirinya dipinggiran kota malang. Dia bernama Yuli, wanita korban broken Home itu mengalihkan rasa kecewanya terhadap keluarganya yang hancur karena kehadiran seorang wanita idaman lain. Aku pun dibawa ke rumah kontrakannya yang terletak di gank kecil yang sesak oleh kehidupan yang penuh dengan protes akan hidup ini.                Putra pertamakupun lahir kedunia ini, ku berinama ayahnya Rama Rahadian Putra. Buah cinta yang tulus dari aku dan Rama, aku berharap anak ini akan seperti ayahnya berjiwa pemimpin dan penuh karisma positif. Namun kini yang hadir dibenakku bagai mana caranya aku menghidupi anakku dan membayar hutang pada Yuli. Karena selama ini dial ah yang membiayai hidupku dan kelahiran putraku. Aku coba melamar pekerjaan kemana-mana tak ada satu pun yang mau menerima ku. Karena semua izajah dan lain-lainnya ada dirumah pada saat aku keluar dari rumah boro-boro kepikiran untuk bawa surat-surat penting itu.Aku pun memutuskan untuk terjun kedua hitam ini, dunia dimana aku harus melayani nafsu para bajingan. Tubuhku dinikmati lantas dibayar tak jarang aku mengalami kekerasan seksual dari pelangkan yang menggunakan jasaku.Entah sampai kapan kehidupan yang keji ini harus aku jalani, aku tak ingin akak ku nati besar tahu. Ibu nya seorang wanita jalang yang liar saat malam tiba.

Minggu, 25 Maret 2012

PELANGI TAK BERWARNA (part 2)


Walau pagi ini dipulau dimana tempat ayah mencari nafkan telah di guyur hujan. Baju ku pun tak urung basah kuyup tapi tak menurunkan tekadku untuk menemui ayah.
Banyak orang melihatku dengan nista, seakan aku tak layak untuk hidup. Perih rasanya dibandingan rasa sakit diperut yang tak menemukan makanan sudah dua hari lamanya.
Ayah dimana kau tinggal, walu pulau ini kecil ukuranya tapi tetap saja aku harus mencarimu di sebelah mana.
Kaki kecil yang tinggal tulang yang terbungkus kulit kering terus saja melangkahkan kakinya menyusuri setiap ploksok di pulau ini. Tak ada sedikit pun rasa untuk mengeluh karena satu tekad ku, aku harus seceptnya menemui ayah sebelum semuanya terlambat.
                Tak terasa setengah hari ku susuri pulau ini setengah dari luasnya sudah aku jelajahi. Namun belum sediit pun tanda-tanda ayah tinggal di tempat ini  ya Alloh harus kemana lagi aku mencari ayah.
Baju yang basah pun kini sudah kering kembali malah beberapa kali basah kembali oleh keringat yang mengucur.
“nak, sepertinya aku baru melihatmu di pulau ini. Kau berasal darimana?... muka mu pucat sekali?..”tanya seorang wanita tua yang sibuk menenteng beberapa kantong plastic besar.
“iea nek aku bukan warga sini, aku kesini ingin mencari ayah...”
“pantas saja, ayah mu memang kerja apa dipulau ini”
“aku pun tak tahu nenk,,”
“lantas kau sudah bertemu dengan nya?...”
Belum sempat ku jawab pertanyaan nenek itu aku pun tergeletak lemas dipinggir jalan Sontak nenek itu pun kaget di buatnnya. Entah apa yang terjadi saat aku pingsan tadi, yang kini aku tahu saat mata ku terbuka aku ada di sebuah sofa mewah nan empuk.
“akhirnya kau siuman juga”..
“saya dimana?..”
“kau dirumah ku anak muda, ayo makan dulu cream soupnya dan jus buah itu agar kau cepat pulih”...
Sungguh nenek yang baik hati, padahal baru pertama kali bertemu tapi dia baik pada ku.
                Aku pun ceritakan apa yang menjadi kisah dihidupku bersama keluargaku dn kenapa sampai aku ada di tempat ini. Nenek pun bersedia untuk membantu ku untuk mencari ayah di pulau ini.
Malam pun tiba namun tubuh kurus ini belum pulih benar tuk melanjutkan mencari ayah. Akhirnya aku putuskan untuk menerima tawaran nenek yang belum aku tahu namanya itu tuk menginap di rumahnya yang mewah. Tak banyak orang ku temui di rumah ini. Hanya seorang wanita setengah baya yang mondar mandir kesekeliling di sekeliling rumah.
                Pagi pun tiba, wangi apa yang menusuk hidung ku. Emzzz dari wanginya seperti suatu hidangan yang hangat dan lezat. Mata ku pun terbuka karena silau terkena sinar matahari di pagi ini.
“bangunlah nak, aku sudah siapkan secangkir coklat hanta dan roti panggang isi keju” sapa wanita setengah baya itu sambil mengelus kepalauku dengan lembut.
“ibu siapa?..”
“aku meliana, putrid omah Linda yang menolongmu kemarin”...
Warna kulit mereka sangat lah jauh berbeda dengan ku, aku hita sedangkan mereka putih dan tubuh mereka tinggi.
Aku pun lekas bangun dari tempat tidur yang sangat-sangat nyaman itu, ku bersihkan tubuhku yang uh... bau tujuh rupa.
Ibu.Meliana mengajakku pergi mencari ayah dengan menggunakan sepeda miliknya. Karena di tempat ini tidak ada kendaraan bermotor sama sekali. Ya ada pun angkutan umum yaitu andong, kereta kayu yang di gerakan oleh dua roda dan seekor atau dua ekor kuda.
Sambil ku kayuh sepeda pinjaman dari ibu.meliana ku tengokan kepalaku kekanan dan kekiri tuk mencari ayah. Beberapa kali ibu.Meliana mengejek tingkah  polahku yang seperti burung peliharaannya di rumah yang selalu tengok kekanan tengok ke kiri.
Dua sosok wanita yang baik hati, entah apa yang harus aku berikan sebagai balas budi ku pada kedua wanita hebat ini.
                Sayup-sayup ku dengan suara yang tak asing rasanya ditelainga...
Suara yang sedang mengobrol sambil tertawa terbahak-bahak disebuah rumah makan. Aku terus berusaha meyakinkan suara siapa itu sambil aku hampiri sumber suara itu.
Ku lihat sosok pria yang aku rindukan selama ini sedang asik mengobrol bersama beberapa kawannya. Aku hampiri dia dan kusapa dia, didalam benakku dia akan memelukku dengan penuh kerinduan dan kasih sayang. Tapi apa mau dikata, dia tak sedikitpun mengakui aku anaknya bahkan dia tega mengusir aku dan menyiram mukaku dengan minuman yang sudah ia minum. Yang lebih mengagetkan lagi, wanita disampingnya memanggilnya sayang.
“siapa dia ayah?”
“heh gembel, ada urusan apa kau tanya-tanya seperti itu kepadaku”
“hey manusia sombong, tak perlu kau begitu pada bocah malang ini. Andai dia itu adalah aku tak sudi rasanya aku memanggil lelaki yang tak bertanggung jawab tetap dipanggil ayah” bela ibu.Meilan
“hey wanita jalang tak usah kau ikut campur”
Sungguh aku menjadi marah dibuatnya, wanita yang begitu baik kepadaku dihina oleh ayahku sendiri. Sakit rasanya hati ini...
“cukup tuan yang kaya raya dan terhormat, maaf saya sudah salah orang. Terimakasih”
Dengan langkah yang gontai, aku kembali kerumah ibu.Meliana, beberapa kali aku jatuhkan air mata. Entah apa yang harus aku lakukan lagi dan jawaban apa yang harus aku berikan apada ibu nanti.
                Setibanya dirumah mewah itu, omah.Linda dan ibu.Meliana beberapa kali mencoba membantuku untuk tegar. Namun hancurnya hati ini terus saja membuat aku kian terpuruk. Aku putuskan untuk kembali kepulau dimana tempat aku dan keluarga ku tinggal. Terjangan ombak yang menghempas bebatuan seakan gambarkan hati ini yang kian hancur.
Tibalah aku dirumah, kulihat wajah ibu yang pucat karena penyakitnya kian parah belum juga ditambah rasa khawatir yang besar terhadapku yang pergi tanpa pesan.
“ibu tahu kau pergi kemana...!”
“maafkan aku ibu,,”
“sekarang kau sudah tahu mengapa dia melupakan kita disini...”
“jadi ibu,,,,”
“sudah lah, jadilah kau anak yang bisa membuat harkat martabat kita naik. Agar dia tahu dia tak penting untuk kita”
Kerinduan yang kini berubah menjadi kebencian yang teramat besar aku jadikan pemacu untuk menjadi apa yang ibu mau.
                Subuh itu tiba, subuh dimana menjadi subuh paling membuatku hancur dan terpuruk kian dalam. Ibu sang pelangi dihidup kami menghembuskan nafas terakhirnya. Tak banyak pesan terakhirnya, hanya saja aku harus menjadi seseorang yang bisa menggenggam dunia.
Kain kafan itu membungkus tubuhnya yang kurus, tanah merah itu kini menjadi pembaringan terakhirnya. Tuhan, satu yang aku minta... masukan ibu kesurgamu dan buat dia bahagia disisi mu tuhan....
Diatas pusara nya aku berjanji untuk mengabulkan apa yang ia inginkan dan dendam ini harus terbalas tanpa ampun.

Sabtu, 24 Maret 2012

KARDUS KU INGIN KEMBALI


Andai bunuh diri bukan lah suatu dosa dan andai saja bunuh diri bisa menyelesaikan semua masalah yang ada. Mungkin saat ini aku pilih jalan itu tuk akhiri semuanya. Kini yang ada di benakku bagaimana semua ini bisa terjadi dan bagaimana masalah ini bisa cepat berlalu di hidupku. Sejujurnya aku merasa kena harus masalah seperti ini yang terus hadir dihidupku. Sekilas sering mucul pikiran picikku, kenapa tuhan tidak adil terhadapku. Saat ku lihat mereka seakan sempurna hidupnya. Apa yang mereka inginkan bisa mereka dapatkan, kekasih mana yang ingin mereka jadikan ratu dimalam-malamnya bisa mereka pilih. Sedangkan aku... seakan semuanya sulit untuk aku raih sulit untuk aku bawa dalam dunia nyata.
Aku coba perbaiki diri dalam beribadah, dengan ketulusan hati tuk jadi lebih baik. Agar aku bisa lebih dekat dengan tuhan, agar doa ku bisa cepat terkabul. Tapi tak begitu mudah juga... tetap saja mereka yang masi ada di atas awan kebahagiaan. Aku... masih sendiri masih dengan hinaan orang-orang yang memandang aku dengan sinisnya. Seperti pagi tadi saat aku mulai menyusuri jalanan yang kian tak lagi aku acuhkan setiap langkah yang gontai saat menyusurinya. Mereka terbahak-bahak puas saat melihat dan mengejekku si bodoh yang tak berseragam sekolah seperti mereka.
Air mata rasanya sudah tak pantas lagi tuk keluar, sudah banyak aku tumpahkan tuk menangisi hal yang sama rasanya bosan tuk aku keluarkan lagi. Jujur aku benci mereka rasanya ingin tanggan yang tak berginzi ini menonjok muka mereka dan merobek bibir yang penuh kesombongan itu. Tapi apalah daya nasib simiskin tak pernah diperbolehkan punya nyali menyentuh mereka yang berduit.
            Ku buka pintu rumah setengah kudobrak pintu butut yang sudah laak buang itu...
“kenapa kamu aran?..”tanya ibu sambil mengambilkan aku segelas air putih
“kenapasih bu kita harus jadi orang miskin, sampai-sampai mereka puas menghina kita” kekesalan itu ku muntahkan kepada ibu
“sabar nak, ini takdir dari tuhan”
“takdir?... ini takdir bu.. berarti tuhan gak pernah sayang sama kita tuhaan gak adil sama kita bu?...”
“jaga ucapan kamu arman, jangan hanya karena hinaan orang-orang bodoh itu kamu jadi musrik nak” bentak ibu sambil membelalakan matanya
“terus kalau tuhan adil kita gak mungkin hidup seperti ini”
“arman” bentak ibu sambil dipukulnya meja didepannya
Aku pun lekas pergi ke danau tempat dimana aku habiskan untuk membuang setiap kekesalan yang ada di dalam hati. Hanya tempat ini yang jadi teman di hidupku, semua orang jahat mereka hanya tahunya menghina dan merendahkan orang lain.
Seperti biasa aku setiap pagi pergi berkeliling komplek dekat kampong kardus tempat tinggalku. Disana aku mencari barang-barang yang layak jual yang sudah mereka anggap sampah. Karena dari sampah-sampah itulah aku dapat hidup bersama ibu dan seorang adikku yang masih berusia 10 tahun. Sedangkan bapak kami entah sekarang ada dimana. Tuk menanyakan nya saja aku merasa jijik, dia tidak bertanggung jawab terhadap aku ibu dan adikku.
Banyak hal sesungguhnya yang bisa aku dapatkan dari kehidupan yang keras ini. Tapi tetap saja aku merasa tuhan tidak pernah adil terhadapku.
“tin.. tin..”klakson mobil mewah itu mengagetkan aku yang berjalan di pinggir trotoal perumahan
Saat ku lihat, seorang pria sekitar 30 tahun memarkirkan mobilnya tepat disamping simiskin.
“nama kamu siapa?..”tanya lelaki itu sambil membuka jendela mobilnya
“maaf pak ada apa ya, saya gak pernah nyolong pak?..”
#dia tertawa, “siapa yang menuduh kamu mencuri, saya hanya bertanya siapa nama kamu?...”
“saya arman pak?..”
“usia kamu berapa tahun”
“sekarang usia ku baru 17 tahun 3 bulan pak, memangnya kenapa?..”
Dia pun menawarkan pekerjaan terhadapku, aku sungguh kaget. Dia benar-benar mau mempekerjakanku apa hanya mengiming-imingi ku saja. Dia terus meyakinkanku, menurutnya pekerjaannya tak begitu memerlukan banyak tenaga dan tak harus panas-panasan lagi. Karena aku ingin merubah nasib keluargaku. Aku terima ajakan lelaki itu untuk bekerja bersamanya.
            Keesokan harinya aku mendatangi rumahnya yang seperti istana, tak banyak hal yang aku tahu dari pekerjaan rumah tangga. Dia pun menyuruh seorang anak buahnya untuk mengganti pakaianku dengan yang layak. Mungkin baju yang menurutku paling baik ini tak layak dipakai lagi kali ya... aku bingung dibuatnya...
“Kamu merasa nyaman dengan pakaian itu?” tanya pak.Rusdi nama lelaki baik hati itu
“emzz ini terlalu mahal untuk aku kenakan pak?..”
“kata siapa. Itu hanya pakaian biasa kok”...
“darmin siapkan mobil kita akan berangkat sekarang...”
Tak banyak pertanyaan aku lontarkan pada pak.Rusdi, yang aku tahu aku akan bekerja untuk penghidupanku yang lebih layak.
            Aku dibawa kestudio foto, bayak sekali orang yang menunggu kedatangan pak.Rusdi. Saat pak.Rusdi masuk hamper semuanya menyapa beliau dengan senyuman ramah. Mereka langsung berdiri tegap seakan pak.Rusdi seorang raja yang datang ke istana setelah perjalanan panjang. Lucu sekaligus malu aku rasakan.
“perkenalkan, dia Arman model baru kita”
Mereka pun bertepuk tanggan dan menyalami ku dengan ramah. Tapi juju raku tak tahu apa itu yang dimaksud dengan Model?...
Pak.Rusdi menyuruhku keruang kostum dan Make up, katanya aku akan di ubah menjadi lebih keren. Sungguh pusing rasanya kepala ini, aku di putar ke kanan aku di putar kekiri. Belum lagi muka ku di oles apa lah buatku gatal dan tak nyaman. Satu setengah jam aku lewati di dalam ruangan itu, lalu pak.Rusdi pun datang menghampiriku dan ia berkata “ini dia permata yang terpendam di balik tumpukan kardus”...
Aku bingung dengan pernyataan nya itu.
            Kaku, kata pertama yang dikeluarkan oleh mas-mas yang menggambil fotoku untuk pertama kalinya. Lalu ia panggil seorang yang disebut piñata gaya, aku di arahkan olehnya. Tiga jam berlalu dari berdiri jongkok duduk hingga tiduran aku dibuatnya.
Lalu aku diajak pak.Rusdi pulang, saat di mobil aku diberinya sebuah amplop. Saat aku buka aku sangat terkejut melihatnya. Uang sebanyak lima ratus ribu rupiah. Aku pun langsung bergegas pulang dan memberitahu ibu kalu kita kini bisa makan. Karena jujur saja sudah dua hari ini kami bertiga belum makan sama sekali. Tadi aku dapat nasi box tapi aku tak ingin memakannya karena aku ingat ibu dan adik.
            Satu tahun aku jalani profesi baruku sebagai model, banyak hal yang kini berubah dari kehidupanku. Rumahku kini bukan di perumahan kardus lagi kenadaraan ku bukan sandal jepit lagi tapi sebuah mobil mewah. Namun satu hal yang kini sangat membebani batin dan perasaanku. Aku harus terjerumus kedalam lubang dosa yang kian dalam. Hamper setiap hari aku harus melayani keberingasan nafsu pak.Rudi dan kawan-kawannya. Terkadang ingin rasanya aku berteriak dan pergi dari dunia kelam ini. Tapi aku tak bisa lepas karena hutang budi pak.Rusdi terhadapku dan keluargaku sangat besar. Dia membelikan aku rumah mewah dan mobil mewah tanpa berpikir panjang. Namun aku merasa semua ini sia-sia saja karena aku terus menjadi pesakitan si pemuas nafsu kaum sakit.
Ibu... adik... maafkan aku yang harus menjali hidup kotor demi tidak di hina lagi oleh mereka yang berlindung dibalik kekayaan orang tuanya.
Tapi apalah daya kini aku sama seperti mereka naïf dan menjijikan....
            Andai aku bisa terlepas dari jerat nista ini, model hanyalah profesi yang menutupi aib ku sebagai pemuas nafsu mereka yang sakit.
Tuhan maafkan aku yang tak bersyukur akan rumah kardusku, maafkan aku yang gila akan hormat. Maafkan aku tuhan dan kini di usiaku yang ke delapan belas tahun aku harus menanggung penyakit kotor yang kapan saja bisa merenggut nyawaku. AKU RINDU RUMAH KARDUSKU, namun aku tak bisa kembali kerumah kardusku. Terlalu suci rumah itu untuk aku singgahi lagi, mungkin ini saatnya aku menikmati kenaifanku dengan penyakit mematikan dikemewahan yang penuh dosa nista. . . andai ibu dan adik tahu akan kondisiku saat ini, mungkinkah mereka mau memaafkan aku?... tuhan... maafkan aku... maafkan aku tuhan...

Jumat, 16 Maret 2012

PESAKITAN?.. SEBUAH PILIHAN ATAU BUKAN...

entah harus dari mana aku jabarkan perasaan ku ini, aku binggung kenapa selalu rasa ini yang singgah di hati seorang pecundang seperti aku. aku binggung kenapa harus aku yang selalu di dera rasa yang terus membuat aku merasa dihantui.
marcell, laki-laki yang ceria dia mampu membuat suasana yang begitu kaku dingin dan "basi" menjadi suasana yang asik. perkenalan lewat dunia maya lalu berlanjut ke hubungan lewat telpon seluler/handphone. dia sering mengirimi ku pesan singkat/sms yang menunjukan rasa perhatiannya kepadaku. sadar atau pun tidak aku akui aku terbuai akan sikapnya hingga rasa sakit karna penghianatan Jhon yang menduakan perasaan ku dengan seorang wanita jalang äyam kampus". sungguh sakit aku dibuatnya padahal banyak hal yang sudah aku lakukan untuknya. hingga aku tak memperdulikan keadaan hidup ku sendiri. namun luka itu sedikit membaik saat marcell hadir dikehidupanku.

beberapa kali kami memutuskan untuk saling bertatap muka secara langsung pun tercetus. namun seiring itu pula rencana itu gagal karena kesibukanku sebagai milik publik yang harus siap dan tetap bekerja. apa lagi hari-hari libur, seakan ada cap "haram"untuk mengambil libur. tapi tak apa lah semuanya toh aku jalani dan aku nikmati hampir 3 tahun. namun membuat dia kecewa karena harus membatalkan janji.
"untuk kesekian kalinya aku minta maaf ya, aku tak bisa datang karena masih banyak pekerjaan yang belum aku selesaikan. minggu depan aku berjanji akan datang boy" pinta maafku uncapkan lewat telpon pada marsell
"lagi-lagi seperti itu, sebenarnya kamu sayang atau tidak kepadaku".. dari nadanya terdengan dia sangat kesal pada ku
"maaf untuk saat ini jangan permasalahkan dulu masalah perasaan, kita belum berjumpa dan kita harus berpikir ulang pantaskah kita jalani hubungan seperti ini sedangkan kita beradatkan ketimuran"..
"sudah lah..."
marcell pun mengakhiri pertengkaran kecil kami ditelpon
beberapa kali aku mencoba menghubunginya tapi nomornya tidak kunjung aktif. jujur aku semakin bingung dengan jalan hidupku sendiri. andai tuhan bisa memperjelas jalan hidup ini atau jangan aku yang seperti ini...

tiga hari berselang, marcell pun mengirimiku pesan singakat, dia meminta maaf atas sikapnya yang sedikit kekanankan dan tak mengerti pekerjaan ku yang selalu menuntut aku untuk profesional.
andai kamu tahu marcell, aku kian menggila dengan semua ini. entah rasa apa yang kini menguasai jiwa ini. mungkin ini yang disebut CINTA aku pun tak tahu. aku takut saat nanti aku tersadar ini hanyalah sebuah mimpi yang hadir di siang bolong. kau menghilang dan hanya perih yang hadir dirasa terdalam ku.
walau beberapa kali kau berusaha meyakinkan ku akan semuanya namun ketakutan dan rasa trauma akan kejadian lalu saat jhon menyakitiku tanpa menoleh lagi kepadaku. sakit sangat sangat sakit aku rasakan semuanya hingga kini saat aku ingat semuanya sakitnya masih terasa.

"aku harap minggu ini kamu datang, aku akan tetap menunggu kamu sampai kamu datang di tempat yang sudah kita sepakati di hari yang lalu"
bingung saat ku membaca pesan singkatnya...
aku pun harus memutar otakku, mencari cara bagaimana caranya aku harus pulang cepet dan menemui dia yang menunggu diriku.
"baik aku akan usaha kan tapi aku tak bisa janji"...
aku pun meminta izin pada rekan kerjaku untuk pulang lebih cepat walau kerjaan masih banyak. untung saja dia mau mengerti kondisi ini. tuhan... jujur sesungguhnya aku tak ingin hidup di jalan yang seperti ini lagi. tapi kenapa hingga kini aku belum menemukan seorang wanita yang benar-benar tulus mencintaiku dan aku pun mencintainya. tuhan, aku mohon hadirkan sosok itu untukku, aku tak ingin engkau murka kepada ku. tapi bila engkau belum memberikan sosok itu pada ku aku akan terus ada di jalan dosa ini. jadi seorang pesakitan itu sangat lah ringkih, pandangan masyarakat dan agama sangat membuatku tersiksa. belum lagi perasaan orang tua ku dan keluarga besarku yang harus aku jaga.

akhirnya tiba juga waktunya untuk kami bertemu, satu hal yang harus aku pertahankan dalam jiwaku yaitu menjaga perasaan ku sendiri.
"hay, marcell?" sambilku ulurkan tangganku
"iea, andre thank kamu udah bisa datang?.."
"maaf bila aku mengganggu waktu kerjamu, tapi aku yakin dengan rasaku kamu sosok yang dikirim tuhan untuk aku"..
"maaf, jangan kamu berbicara seperti itu marcell. kamu belum kenal aku yang sesungguhnya"
"sudahlah... kita pergi ke tempat itu sekarang, kamu pasti belum makan"..
kami pun masuk kesebuah tempat yang menjual aneka roti bakar, tempatnya nyaman walau pun tempatnya tidak besar atau pun mewah. kita berduapun saling menceritakan keseharian kita berdua dan segala yang menyangkut dirikita berdua. kenapa kita jadi seperti ini kenapa jalan ini yang kini aku dan dia jalani.

walau pun hanya dua jam, tapi aku menilai dia memang sosok yang jujur dan apa adanya. ketulusannya membuat perasaanku bergetar. hingga aku merasa tak mampu untuk menolak semuanya ini, aku sadari ini akan sangat sulit untuk dipertahankan tapi inilah apaadanya kami berdua.
mungkin ini jalan yang memang diberikan oleh tuhan untuk kami berdua, jalan yang tak sama seperti yang lainya.
"mama... papa... maafin andre, bukan maksud andre bikin kalian sedih dan kecewa. tapi ini jalan hidup yang harus andre jalani"
sulit memang untuk meyakinkan semuanya, ini jalan hidup yang memang untuk aku. walau diagama mana pun ini adalah suatu kesalahan yang besar. tapi sekarang aku kembalikan lagi. kenapa tuhan belum memberikan sosok gadis yang memang aku cintai dan dia mencintai ku juga.

dua minggu berlalu, lumayan banyak yang udah kita berdua lalui...
walau terkadang rasa penyesalan hadir saat dosa itu terulang dan terulang lagi. tapi hawa nafsu dan godaan setan laknat merasuk jiwa yang tersesaat kian menguasai. semuanya tak bisa terkendali lagi, hanya malam yang mampu menggambarkan semuanya...
kotor, ya itu sudah pasti... diriku sudah kotor sekarang...
seandainya... tapi sudahlah semuanya adalah pilihan dalam kehidupan ini. merah ya harus merah hitam ya harus hitam gak mungkin keduanya disatukan karena akan menimbulkan gejolak yang jauh lebih dari ini. kami akan menjalani kisah terlarang ini entah sampai kapan dan hingga kemana kami pun tak pernah tahu.

tuhan, bila memang ini benar-benar jalan yang engaku berikan untukku. maka buatlah mereka semua mengerti akan jalan hidup yang seperti ini. tapi bila ini sebuah cobaan dalam hidup, sungguh aku sudah tak tahan ingin rasanya aku keluar dari derita jiwa ini. aku ingin seperti mereka yang "sempurna". Tuntun hati yang tersesat ini tuhan, bawa aku ketitik yang engakau ridhoi bawa aku ketitik yang memang seharusnya. harap terakhir seorang pesakitan ialah sebuah kepastian yang memang sangat kami butuhkan.

Sabtu, 10 Maret 2012

SENANDUNG GERIMIS (part 1)

Hidup bukan lah suatu pilihan yang harus kita jalani. Hidup adalah sebuah perjuangan tuk menentukan jati diri seorang manusia. tuntutan dimasyarakat tuk layak dan di anggap ada memang terkadang membuat kita merasa tertekan. Siapa pun orangnya dan dimanapun ia tinggal, tungtutan itu akan tetap ada dan beragam dalam hadirnya. Disini, tempat dimana leluhurku tinggal pun masih lekat dengan hal itu. Walau saat kita lihat siapa yang ada di samping kita itu adalah saudara sendiri tapi tuntutan itu pun hadir sebagai salah satu warna hidup.
Mentari selalu gagah menyinari bumi ini namun tak jarang mentari hilang tertutup awan yang kian menebal dan menghitam.
seperti hari ini, ayah tak kunjung pulang dari perantauannya. Saat ibu lihat tempat beras tak ada sebutir pun beras tersisa. Tak pernah kudengar keluh keluar dari bibir nya yang selalu tersenyum...
"bu, aku lapar..."rintih sibungsu
"aku juga bu, perutku sakit sekali rasanya..."
"sabar ya nak, ingat kita jadikan hari ini pelajaran yang berharga tuk hari esok..."
"bu, kita tak mungkin terus menunggu ayah pulang... baiklah aku akan coba mencari nafkah.."
"Aris, jangan nak... kamu masih kecil dan kamu harus kesekolah hari ini..."
"tapi bu?.."
ibu menaburkan senyum ketenangan dan ketegaran di pagi itu...

sungguh getir rasanya nafas kehidupan yang kini aku dan keluarga ku jalani. hidup dengan berselimutkan kemiskinan membuat diri sering jadi bahan hinaan orang lain. tak jarang ibu sering dituduh sebagai wanita pembawa sial bahkan yang paling menyakitkan ibu sering dituduh sebagai perempuan murahan. kejamnya mereka terhadap kami sungguh begitu tega mereka kepada kami yang hany tak punya banyak uang. tapi mereka lupa kami ini manusia juga. dulu ayah memang anak seorang juragan kaya, tapi ayah memilih tuk menikahi ibu yang kelas bawah dan meninggalkan hartanya yang berlimpah di pulau sebrang. kini ayah kerja serabutan penghasilannya tak menentu belum lagi harus dipotong ongkos pulang dan di sisihkan lagi untuk ongkos berangkat kerja lagi. pedih memang jalan hidup ini bila terus dijalani dengan keluhan yang menggunung. tapi kami terus hadapi semuanya dengan senyum walu perih nya perut ini tak tertahan lagi. anadai aku sudah cukup umur untuk bekerja aku akan dengan sekuat tenaga ku bekerja mencari uang sebanyak-banyaknya yang penting orang tua dan keluarga ku tak susah dan tak dihina lagi.

seperti hari-hari yang lalu aku pergi kesekolah dengan berjalan kaki dan perut yang keroncongan. tak sepeserpun uang ku bawa tuk sekedar membeli makanan kecil sebagai pengisi perut. huh... kuat kuat kuat aku harus kuat... senyum.................
mereka memandangku dengan sebelah mata, sakit rasanya hati ini saat mereka rendahkan ku tapi ini mimpi ayah dan ibu aku harus jadi orang yang pandai aku harus tuntaskan pendidikanku.
Roi adalah satu-satunya orang disekolah yang mau menjadi temanku, dia tak pernah jauhi ku simiskin yang terhina ini.
"biarkan mereka hari ini tersenyum terbahak-bahak melecehkan dirimu, tapi yakinlah hari esok kamu yang akan tersenyum dan mereka malu"
"terimakasih teman..."

ayah sudah tiga bulan tak kunjung datang, tak ada kabar sedikit pun kami dapatkan. aku beberapa kali berusaha yakinkan ibu untuk pergi ketempat ayah bekerja. namun lagi-lagi ibu tak memberikan aku izin untuk pergi. tapi ada sesuatu hal yang membuat aku merasa ingin dan harus pergi ketempat dimana ayah bekerja. walau aku harus diam-diam, aku akan tetap pergi kesana...

SIAPA DIA ?... TUHAN...


detak jarum jam yang terus berputar lewati hari tandakan waktu kian buatku terbuay akan kekosangan dalam jiwa. entah harus ku arahkan kemana langkah kaki yang gontai ini, hingga rasa lelah pun kian mendera batin yang kesunyian. namun di ujung sana belum setitik cahaya terang ku dapati.
tuhan entah apa yang kini engaku akan berikan untukku sebagai kejutan dalam hidup ini. ku jalani semuanya namun lelah kadang mendera. ku mengeluh tapi pada siapa aku harus mengeluh akan jiwa yang terkurung di dalam jeruji hidup.
ku tapaki jalanan ini sudah hampir tiga tahun lamanya, bentuknya tetap sama suasananya tak banyak berbeda. disini dijalan aspal ini ku jalani nafas hidup dipagi hari. suasana pegunungan yang dingin dan lembab buatku membeku di kesunyian hidup. tawa ceria yang dulu hiasi hari, diri yang jadi diri sendiri & impian penyemangat yang dulu sangat dekat dengan diriku kini entah hilang kemana. semuanya seakan berbeda di saat ini, hingga kini aku bingung apa yang sebenarnya terjadi. ini hidupku tapi aku berperan sebagai orang lain, pesakitan...

papa memang orang yang jarang aku temui dalam hidup ini, namun perhatian, kasih sayang dan pengorbananya sungguh terasa. tapi satu hal yang dia lupa, aku butuh teman bercerita. dirumah memang ada mama tapi aku malu bila harus bercerita hal pri badi tentang PRIA ke mama. walau terkadang mama diam-diam selalu memperhatikan gerak-gerikku dan beberapa kali aku memergokinya sedang menggeledah kamarku.
"mama lagi apa?..."tanya ku penuh kecurigaan
"akh.. mama cuma mau merapihkan kamu saja. memangnya tidak boleh?..."
"owh... ya sudah...."

jujur aku ingin sekali miliki saudara laki-laki, mungkin kalau aku punya saudara laki-laki semuanya akan sedikit merubah. aku punya teman bercerita tentang semuanya ada teman tidur ada teman bercanda ada teman main ada teman ribut.... ke empat saudara ku semuanya perempuan, mereka enak bisa saling bertukar cerita. sering aku menguping dikamar, kedua adikku sedang bertukar cerita mendiskusikan apa yang kini sedang mereka alami. contohnya saja tentang pacar mereka yang masih mereka sembunyikan siapa mereka. karena aku sendiri belum memberikan mereka izin untuk berhubungan dengan laki-laki karena mereka masih kecil...
terkadang rasa iri pun menyeruak hebat di lubuk hati terdalamku tapi aku harus bagaimana lagi. inilah hidup yang sudah tuhan berikan untukku.

Beberapa bulan lalu aku dekat dengan seseorang, dia aku anggap kakak kandungku sendiri. dia pria dewasa yang memiliki pengalaman percintaan yang cukup hebat dimataku. awalnya semua berjalan dengan lancar tanpa ada satu hal apapun yang membuat kita berselisih paham. aku merasa nyaman saat bersamanay, karena bila sedang bersamanya aku bisa menceritakan semua yang menjadi keluh kesahku dalam hidup. tapi sayang itu beberapa bulan lalu sebelum mereka orang-orang usil hadir diantara kita berdua. kata bubar pun akhirnya kami tempuh untuk membuat merekanyaman untuk membuat mereka bahagia.

kini hidupku kian sepi tak bermakna, rasa bosan pun kian merajalela di dalam hati ini. terkadang hadir beberapa sosok dalam hariku namun mereka hany singgah tuk beberapa saat. saat ku sadari hidup ku ini ibarat pelabuhan yang hanya disinggahi kapal-kapal mewah yang hanya ikut bersandar merebahkan raga yang lelah berlayar.
satu hal yang kini aku ingin kan, aku tak ingin hanya menjadi pelabuhan itu. aku ingin dan sangat ingin mendapatkan dan memiliki dia. dia sosok yang memang dapat menertikan aku menerima aku apa adanya dengan segala kekurangan ku. dia mau padaku dan yang terpenting aku suka padanya. karena selama ini selalu berbalik-balik, aku suka dia tidak suka. dia suka akunya yang enggan miliki rasa untuknya.
tuhan siapa dia..? sosok itu siapa tuhan... aku tak inin terus bergelimang dalam lumpur kenistaan yang penuh dengan kepura-puraan. tuhan hanya dirimu lah yang mampu pertemukan aku dengan sosok itu. siapa dia tuhan?.....