Minggu, 22 Januari 2012

TERTATIH...

Tuhan andai aku memiliki sepasang sayap yang indah dan mampu bawa ku terbang tinggi nan jauh ke angan sana. Aku akan menembus impian... impian yang terus menghantui tanpa ada setitik sinar yang menerangi jalannya tuk jadi terwujud. Andai aku miliki sepasang sayap yang indah...
Denyut nadi, detak jantung, hembus nafas serta aliran darah ku terkoyak tak senada tak seirama. Entah atau mungkin semua ini karena keadaan hati dan jiwaku yang tak lagi menyatu dengan sang raga. Kehampaan hati kian terperosok semakin dalam semakin terjal semakin sulit tuk di gambarkan lagi. Semua keindahan mata kepuasan jiwa itu telah pergi seiring berputarnya jarum jam.
Embun kata mu mampu membuat pagi menjadi segar dan lembab, tapi apa yang ku rasakan pagi ku gersang. Matahari kata mu tak akan membuatku kepanasan tapi apa hari-hari ku sangat lah terik terbakar lara. Malam kau pernah berjanji tak akan membuat ku merasa sunyi tapi kenyataan nya aku sendiri melewati waktu nan gelap. Janji... Hanya berjanji untuk apa bila tak di tepati...
Suda menjadi rutinitasku di setiap pagi, arus bergerak cepat agar tidak kesiangan sampai ketempat kerja...
Aku    : Mama mungkin mala mini aku telat lagi... { ujar ku sambil ku memasangkan tali sepatu di depan pintu }
Mama : Kenapa akhir-akhir ini kamu selalu pulang larut, kadang pulang cepat kamu langsung mengurung diri dikamar. Ada apa nak, kamu punya masalah? { Jawab ibu sambil mengoleskan selai nanas keroti }
Mama memang sudah sangat hafal selai apa yang aku suka, namun dilubuk hati terdalamku sejujurnya aku ingin bercerita pada mama sambil ku peluk tubuhnya. Tapi apalah daya, aku takut bila aku bercerita pada mama akan mengganggu kesehatannya. Terpaksa aku simpan semua kepedihan hati ku ini sendiri walau aku rasakan sangat-sangat tersiksa.
Ritme kerja suda mulai aku kuasai beberapa hal yang beberapa waktu lalu cukup membuatku sampai berpikir untuk menyerah kini sudah bisa aku kuasai. Beberapa hal yang membuat aku tak nyaman pun sudah mulai mencair sehingga aku kian merasanyaman dengan kondisi pekerjaan saat ini. Tinggal sati masalah lagi yang sangat membebani ati pikiran jiwa dan ragaku. Tapi tak ada seorang pun yang mampu mengerti akan kondisi ini. Dan karena ini lah aku tak bisa bercerita pada siapapun termasuk mama.
Randi  : Hey.... pagi-pagi uda ngelamun, mikirin apa sih? Nikah belum, mikirin apa sih?..
{ Tegur Randi sambil memukul pundakku dan benar-benar membuatku kaget }
Aku    : gak ada bray...
Randi  : Ayo cerita sama gw, tenang bray semua cerita lu akan aman di kantong gw...
Aku    : Lah.. kalo di cuci istri lu nanti ketahuan dunk di kantong lu ada curhatan gw. Hahaha #ngakak
Randi  : ah lu mah malah becanda, tapi gw salut sama lu bray karena lu masih bisa tersenyum walau ya... gw tau masalah yang lu hadapi ini bukan masalah sepele.
Waktu pun terus berlalu tanpa henti dan hari –hari ku pun kian sulit tuk dilepaskan dan dijauhkan dari semua persoalan yang aku hadapi ini. Jujur andai saja aku bisa melepaskan beben ini dan melupakan semua persoalan ini mungkin hidupku tak akan menjadi sesulit ini untuk aku hadapi.
Jujur, aku lelah mencoba mempertahan kan semua ini demi rasa yang terus bertahta dikerajaan sang rasa di dalam hati. Walau terkadang aku harus menjadi renda didepannya. Sakit rasanya hati setelah semua aku lakukan demi dia tapi dia tak kunjung beruba dan sada bawa aku sangt mencintainya. Aku pun sadar bawa semuai ini terlarang, tapi mengapa di memberikan aku harapan dan memberikan kecupan hangat itu di malam-malam lalu. Tuhan sebenarnya apa yang sedang terjadi ini, aku sungguh tak bisa bila harus terus menggilainnya dan terus bergumul dengan dosa.
Mungkin ini pemikiran yang slah, tapi ini yang kini ada di hati dan pikiran ku saat ini. Aku merasa sia-sia saja aku melakukan hal-hal baik dan beribadah, bila dalam hal ini saja aku hanya meminta satu hal dengan dua pilihan. Pertama satukan kami dengan rasa saling mencintai atau pilihan kedua buat aku melupakannya dan jauh darinya tanpa ada kesalah pahaman dan rasa sakit yang terus menusuk relung jiwa terdalamku. Tapi apa aku tak diberikan jawaban walau seiring berjalannya waktu aku mencoba untuk mencari jawaban itu.
“Tuhan ku ya Alloh... aku mohon kepada mu berikan aku jawaban atas semuannya ini, buatlah satu dari pilihan ku di setiap doa yang aku panjatkan kepadamu sehabis sholat terwujud. Jujur aku sudah lelah ya Alloh...”
Akbar          : gw tau apa yang lu rasain saat ini
Aku    : apa?
Akbar          : Lu sayang sama Derta kan?
Aku    : maksud lu apa?
Akbar          : Biean, lu gak bisa ngelak lagi. Gw bisa baca dari gerak gerik lu dari tingkah lu. Lu gambarkan rasa sayng lu sama Derta dari gerak gerik lu ke dia.
Aku pun sontak kaget dan hanya bisa terdiam membisu dan merenungi semuanya.
Akbar          : gw tahu lu slalu disakitin sama dia, gw tahu dia pun punya rasa yang sma tapi dia selalu ingin menutupi kesakitannya dengan bergaul dengan wanita-wanita jalang itu.
Aku    : Cukup, please akbar jangan lu ungkap tabir kepalsuan yang penuh dosa dan menyakitkan ini. Jujur gw udah pengen lepas dari masalah hati ini.
Kali ini untuk masalah ini biar aku sendiri yang merasakannya menikmati setiap denyut dan detak perih yang dia beri. Biar saja aku tersiksa di setiap malam-malam yang membuat kau merintih karena rindu pada nya. Biar aku saja tanpa ada yang tahu mungkin akan jauh membuat aku tersadar dan lebih dewasa.
Teruntuk dia yang masih aku sayangi hingga detik ini, aku akan bertahan tuk tetap tegar walau aku dan kamu tahu sejauhmana kita melangkah dan kini sesakit apa yang aku rasakan. Aku berharap kau akan berubah seperti janji mu kepadaku ketika pertama kali kau menyentuh rasaku hingga rasa sakit aku rasakan berari-hari. Aku akan tetap perhatikan mu yang akan beruba menjadi sosok yang tak keras kepala lagi, mau mendengarkan kritik membangun, menjaga kesehatan, gak banyak begadang lagi dan menjadi pecinta yang setia sehingga mampu memilih yang terbaik. Biarlah aku dengan kenangan ini walau sakit terasa. Seperti pesan mu kepadaku kau dan aku akan tetap jadi sadu walau raga tak menyatu.
Aku akan bekerja keras untuk mengakhiri kegilaan ini, pilihlah diantara mereka itu yang terbaik di hati dan hidup mu.

Hari terus melaju, aku masih hidup dengan rasa sakit dan perih karenanya. Tapi kian hari kian berkurang rasa ini terhadapnya. Meski pun aku belum medapatkan alasan apa dan kenapa dia pergi meninggalkan ku dalam keadaan ku sedang sangat ketergantungan kepadanya. Aku yakin rasa ini akan mati dan akan terkubur jauh didalam dasar hati.

Jumat, 13 Januari 2012

Mimpi dan Hidup

hidup berawal dari mimpi di hari ini dan yakinlah bahwa mimpi itu akan jadi kenyataan di hari esok....


maaf buat semua yang udah gw lakuin dan buat hati kalian terluka, mungkin ini yang disebut proses kehidupan...

1x lg gw minta maaf....

Jumat, 06 Januari 2012

jeruji jiwa...

akan kah semua derita hati ini berakhir ketika aku yakini semuanya akan berakhir. entah lah, semuanya seakan misteri... langkah yang gontai iringi desah nafas kehidupan yang kian lelah dan bosan. sungguh apa obat pelipur lara ini aku tak pernah tahu. kini yang aku miliki hanya doa yang selalu aku panjatkan seusai ku bersujud padamu ya ALLOH sebagai penawar lara hati.

tetesan embun di pagi ini sudah tak mampu membilas panasnya terik mentari lagi. rasa haus akan jiwa yang seperti dulu kini seakan sulit ku kembalikan. ceria, semagat, kerja keras, tanggung jawab, disipli, anak yang patuh... semua itu hilang dari jiwaku....
"ari ... kamu kenapa sayang"tanya mama yang sudah merasa risih dengan sikap ku yang berubah
"mama harap kamu bisa berbagi cerita sama mama, percaya lah sama mama nak untuk kamu bercerita.."
"aku tak apa-apa ma, hanya lelah saja" jawabku sambil ku rebakan tubuh ini diatas tempat tidur kayu yang mulai rapuh
mama langsung membuatkan ku segelas teh hangat ditambah gula batu. emz... sedikit menghilangkan rasa penat diotakku.

semua seakan tak lagi jadi diriku, yang ada dipikiranku hanyalah dia. mungkin ini yang disebut cinta yang bergejolak dimasa muda. sungguh aku tak pernah bisa lepas dari bayang-bayang nya...
andai aku bisa merubah keras hatinya yang hanya bisa membuatku terus berhrap dan tersiksa oleh iming-imingnya akan rasa yang sama.hari-hariku seakan berat aku lalui, semua yang tadinya mudah aku raih kini semua seakan sulit dan menjauh...

senjaku di hari ini di hiasi tetesan air hujan yag kian lama kian membasahi dedaunan yang menari ikuti hembusan angin yang bertiup lembut. selimut bermotif dedaunan kering pun jadi enggan bergeser dari tubuh ku. angan kian menerawang menembus batasan sambil di iringi lagu resa herlambang yang berjudul MENYESAL. kian menghanyutkan angat ku di senja yang dingin ini. tapi sayang aku sedikit terkejut, handphone yang sudah lima tahun menemani ku di setiap detik dan menjadi saksi bisu perjalananku selama lima tahun ini berbunyi.

"haloooo.."
"ada apa

dibalik kisah tersimpan kisah

hentak nafas dibalik tubunya yang kurus membuat hati merasa miris. tak jarag ludahnya mengandung darh, entak penyakit apa yang sedang menggerogoti tubuhnya yang kurus. tapi mendengarnya batuk dan melihat wajahnya yang pucat saja membuat aku lunglay. sungguh aku bingung harus bagaimana, bila aku berikan dia perhatian lebih bisa saja orang berfikir negatif terhadap kami tapi sungguh diri ini tersiksa melihat dia dengan kondisi seperti itu.
"kamu sakit apa a?"tanyaku lirih sedikit dekat ke telinganya, "aku baik-baik saja de... kamu gak usah khawatir seperti iti. ini uda biasa kok buat aku", "tapi..."
dia pun memotong perkataanku dengan senyum hangatnya dan sentuhan tangan di bahu ku. dia terus berusaha membuat aku yakin bahawa dia baik-baik saja.

malam pun tiba, sayup-sayup suara kodok pun kian terdengar jelas. kebetulan rumahnya di pinggir kebun kecil yang di tanami berbagai macam sayuran. entah milik siapa tapi yang aku tahu itu bukan miliknya.
kondisi fisiknya kian melemah, dia pun menggigil sedangkan seluruh tubuhnya berhawa panas. beberapa kali aku memeriksa suhu tubuhnya dengan menyentuh jidat dan lehernya dan itu sangat panas untuk ukuran suhu manusia. aku terus berada di sampingnya dan tak terbersit sedikit pun hati ini tuk meninggalkannya. "a badan mu makin panas, sebaiknya kau minum obat...", "aku gak biasa minum obat de...", "tapi untuk kali ini aku harap kau minum obatnya". tapi sayang tak ku temukan obat yang biasa dia minum. ku cari di semua sudut kamar nya yang kecil namun tetap saja aku tak menemukannya. "aa taro dimana obatny?"tanyaku dengan sedikit kesal... "aku sudah buang obat-obat itu, aku tak biasa minum obat". tak habis akal ku, ku bangunkan sahabt kami satu lagi, kebetulan dia suda pulas tertidur dari sore hari. aku memakluminya kebetulan tadi siang pekerjaan kami sangat amat melelahkan. "lot.. lot... bangun"ku goyangkan tubuh kurusnya yang tergeletak tertidur pulas diatas lantai berkarpet biru. namun ia tak kunjung bangun, bergerk sedikit pun tidak, aku terus saja menggoyangkan badannya agar dia bangun. "lot... please bangun darurat nih"namanya aditya zulfikar tapi aku panggil dia "bolot"

akhirnya dia pun terbangun, tak pikir panjang aku meminta bantuannya untuk membelikan obat kewarung. tapi dia menolaknya, memang jam sudah menunjukan pukul satu dini hari. aku pun tak bisa memaksakan kehendakku, adit pun langsung tertidur kembali. aku masih setia berada di samping di sahabat ku. jujur hati ini kian galau melihatnya seperti itu, rasa takut kehilangan saabat terbaik kian membesar merajai hati. "a masih kuat kan?"tanya ku sambil ku cek kembali suhu tubuhnya. aku pun kaget panasnya kian meninggi, kesadarannya pun mulai terganggu. dia mulai mengigo dan terus memegangi tanganku. jujur saja tangan ini sudah basah denagn keringat dan merasa kian terbakar. tuhan... ada apa dengan ini semua, kenapa kau buat dia seperti ini. sungguh bila perlu buat saja diriku yang merasa semua ini jangan buat tubuhnya yang kurus semakin tersiksa. "aduh... aku takut terjatuh... aku takut jatuh..."kian sering ia mengigo dan kata kata itu muncul saat ku lepas tangan ku dari genggamannya. tak tega mendengar rintiannya aku pun kembali memegangi tangannya yang panas. dia pun menggeser tubuhnya, kepalanya di letakkan di pangkuanku, matanya meneluarkan air mungkin karena suhu tubuhnya yang panas. ku usap air mata itu ku elus kepalanya yang kian pana....
tuhan ku harap pagi akan segera tiba, sungguh lama aku rasakan malam ini tuk berlalu. "masih kuat gak a?, "jangan lepasin genggaman tangannya gak kuat...", "ia,, yang kaut ya a...". tetes air mata pun akhirnya terjatuh dari mataku dan membasahi pipiku yang penuh dengan keringat.

pagi pun tiba, ku langsung bergegas menmbeli obat dan membelikannya sarapan. aku ingin dia cepat sembuh dan kembali tersenyum seperti hari kemarin. ku paksa dia tuk meminum obatnya, ku ingin dia cepat sembuh dari sakitnya. "makan dulu ya lalu minum obat nya", "tapi aku tak terbiasa untuk makan pagi-pagi", "tapi kali ini lain ceritanya, kamu harus minum obatnya". dia pun langsung meminum obatnya dan kondisinya sedikit membaik, tapi aku enggan untuk meninggalkannya.
dua hari pun berlalu, aku masih berada di sampingnya, hanya sesekali waktu aku pulang kerumah karena kau harus mandi dan mengganti pakaianku. untuk makan pun aku membelinya di warung dan ku bawa kerumahnya. kerjaanku pun aku tinggalkan demi mengurusnya secara total, tak ingin dan tak bisa aku meninggalkannya sendirian.

akhirnya keadaanya pun membaik, dihari ketiga ini aku beranikan diri untuk bekerja. karena aku tak bisa berlama-lama meninggalkan pekerjaanku. bisa-bisa kau kena surat peringatan...
"a.yan aku pergi kerja dulu ya, kalu terjadi apa-apa atau pun kau butuh apa-apa hubungi aku saja"
aku pun menyelesaikan semua pekerjaan ku di pagi itu lalu pas jam istirahat aku pulang dan ku bawakan ia makannan beserta obat yang ku beli di warung.
dia pun akirnya sembuh dan bisa beraktifitas kembali. jujur senag rasanya hati ini meliat dia bisa tersenym kembali. semua kejadian yang menimpanya ini menjadikan aku bertamba yakin kedekatan kita berdue atas ketulusan hati. tekad ku pun kian bulat menganggapnya menjadi sudara ku sendiri seperti saudara kandungku. dan kedekatan kita pun kian erat, semua cerita tentang hidup kita berdua pun kita diskusikan bersama mencari jalan keluarnya bertukar kisah membangun hari esok yang cerah.

dia adalah sosok yang mampu mengertikan aku memahami inginku karna itu aku anggap dia KAKAK. apapun rela aku perjuangkan demi kakak ku ini karena dia hanya dia yang bisa membawa aku kekehidupan yang nyata ini mengingatkan aku di saat langkahku gontai memberitahu ku bahwa hidup ini dunia kerja tak seindah yang ada diangan tapi akan selalu ada kejutan entah itu indah entah itu membuat kita hilang karena prustasi. entah mengapa di luaran kian berkembang spekulasi tentang kedekatan kita berdua. mungkin semua itu karena kekuranganku. tapi aku sungguh-sungguh berani bersumpah sumpah apa pun aku berani melakukannya, aku hanya anggap dia kakak dan sahabat tak lebih karena aku BUKAN PESAKITAN. tapi harus dengan jalan seperti apa aku menyadarkan mereka....

tetesan embun diteriknya mentari

senyum itu mengiris relung hati terdalam ku, entah mengapa mungkin ini lah yang disebut rasa cemburu. saat senyumnya merekah dan itu bukan untukku lagi tak sedikit pun ku merasa sejuk. yang ku rasakan hanyalah rasa gersang tak nyaman dengan kondisinya yang bahagia diatas derita aku. dulu memang seyumnya mampu meredakan amarah yang meluap di hati tapi kini senyumnya malah membuatku merasa kian sakit dan amarahku memuncak...

Kamis, 05 Januari 2012

This Is Me

Desah nafas berselimut mimpi alirkan harapan di setiap denyut nadi, entah aku pun bingung dengan semua yang sudah terjadi dalam hidupku ini karena semuanya misteri. berawal dari kisah percintaan yang aku jalani bersama dia yang terlarang untukku.

Kisah Asmara Sang Dewi Malam

“Tak Tik Tuk Tik Tak Tik Tuk” suara sepatu kuda yang berjalan dengan lincahnya diiringi suara gemerincing  lonceng kecil yang di pasang di leher sang kuda hitam nan gagah. Suaranya sudah pasti aku dengar di setiap magrib dan subuh menjelang. Kereta andong nan gagah si pengatar para dewi-dewi malam yang cantik itu sangat ingin rasanya aku bisa menaikinya. Namun apalah daya ku si gadis desa yang bodoh dan keluargaku yang masih kolot sepertinya akan sulit mengijinkanku tuk merasakan kenikmatan menjadi seorang dewi malam. Hanya satu  Tekadku  yaitu aku ingin membuat keluargaku sejahtera.  Diam-diam di kesunyian malam aku suka mengendap-ngendap keluar rumah untuk melihat pertunjukan para dewi malam. Aku tak pergi sendiri, jujur aku masih takut karena itu aku selalu diantar kang.Darma. Dalam lubuk hati terdalamku aku akui, aku sangat suka sekali bernyanyi dan menari. Terkadang aku sampai tak sadar sambil mengerjakan pekerjaan rumah aku sambil ngahariring...
“ euleuh-euleuh eta anak ema... “ledek ema di depan hau(tungku masak dari tanah liat)
Aku pun jadi tersenyum malu pada ema.
“neng, andaikan kehidupan kita tidak seperti ini. Pagi makan sore mungkin tidak atau sebaliknya. Mugkin saja keadaan kita tidak seperti ini. Bukan ema atau abah tidak mau membuat kamu dan keempat adikmu sejahtera tapi apalah daya... maafkan kami anak-anakku”  sambil ia usap air mata yang mulai menggenagi bibir matanya.
Aku pun terharu dan tak bisa menahan dan membendung air mataku lagi saat ku mendengar keluh kesah ema. Sungguh aku ingin melepaskan keluargaku dari belenggu kemiskinan ini.
“ya tuhan... aku harus berbuat apa untuk membantu keluargaku agar bisa terlepas dan terbebas dari belenggu kemiskinan ini”lirih doa terus menyayat relung hati terdalam ku
                Hingga satu pagi saat aku menyapu dihalaman rumah, aku pun sambil ngahariring di iringi suara gesrekan sapu, kicauan burung dan suara ayam yang menyambut pagi. Tak kusangka seorang dewi malam mendengarkan aku bernyanyi.
“punten...”sapa seorang dewi malam
“mangga teh, punten aya naonnya sinantenen...”jawabku dengan penuh tanya
“abdi Lilis, punten sareng saha ieu?
“abdi suranti teh...:
“bade ngiring moal jadi sinden jaipong, soalnya suara si eneng sae terus parasna geulis” ujar teh.Lilis sambil membuka gelungan rambutku
“punten teh sanes nolak rejeki,tapi pun ema sareng pun abah kirang satuju”
Teh.Lilis tidak marah saat ku tolak, hanya memberikan ku waktu untuk berpikir. Dia pun berkata akan datang dua hari lagi untuk meminta jawaban padaku.

Aku pun langsung bergegas mencari ema dan abah sepulangnya teh.Lilis, aku menceritakan pertemuanku dengan teh.Lilis. ku coba merayu ema dan abah yang tidak setuju aku menjadi seorang dewi malam. Yang pergi saat magrib datang dan pulang saat subuh menjelang. Pastiny suara-suara miring pergunjingan tetangga nantinya akan datang bertaburan pada keluarga ku. Tapi aku tetap kekeuh meyakinkan keluargaku kalau aku tidak akan ikut terjerumus pada pergaulan bebas sang dewi malam. Akhirnya mereka pun menyetujui aku menjadi seorang dewi malam karena tujuanku hanya ingin merubah keadaan ekonomi keluarga ku. Namun ada satu syarat dari kedua orang tuaku yaitu aku harus pergi ditemani kang.Darma. dia memang sosok pria yang sangat bertanggung jawab dan tangguh. Rumah kami berdekatan sehingga Kang.Darma pun menjadi  teman ku dari sejak kecil dulu. Kedekatan kami pun sudah sangat dekat seperti adik dan kakak, sehingga tak ada rasa canggung lagi di antara kami berdua.
Dua hari pun telah berlalu, teh.Lilis pun menepati janjinya datang lagi kerumahku. Aku pun langsung mengiyakan ajakannnya menjadi seorang dewi malam. Dengan persyaratan yang orang tua ku berikan, teh.Lilis pun setuju.
Sore pun tiba kereta andong milik teh.Lilis pun datang menjemput ku untuk pergi tampil di dusun tetangga. Salah seorang tuan tanah akan menikahkan putrinya dan beliau pun menggunakan grup jaipong dari teh.Lilis. Aku pun dirias olehnya, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sampai-sampai aku sendiri pun tidak mengenali diriku sendiri.
Malam pun tiba, ini memang pengalaman pertama yang membuat seluruh tubuhku bergetar gugup. Tapi dengan sigapnya te.Lilis mendampingi ku dalam bernyanyi dan menari. Dari kejauhan kang.darma terus saja memperhatikanku. Sangat terlihat jelas wajahnya penuh dengan rasa cemas dan kawatir. Memang dunia malam bukan lah dunia yang semudah membalikan telapak tanggan. Banyak hal yang harus diwaspadai banyak hal yang harus dipertimbangkan kembali. Salah-salah nanti kita akan terjerumus pada hal-hal yang membuat kita merugi. Teh.Lilis adalah sosok contoh dari sekian banyak dewi malam yang masih mempertaankan kehormatannya demi satu hari yang membaagiakan buatnya saat ia bersanding dengan kang.sudir. sungguh luar biasa pertahanaan diri yang di miliki teh.Lilis  terhadap berjuta-juta rayuan maut keindahan duniawi.
                Kian hari aku pun kian lihay dalam menari dan bernyanyi, bersolek pun kini aku bisa lakukan sendiri. Tapi yang paling membuat aku bahagia, keadaan ekonomi keluarga ku menjadi berubah derastis. Tak ada lagi yang namanya kelaparan ataupun makan nasi dari ketela. Kini kami bisa makan dengan ikan, walau pun masih dengan  ikan asin. Tapi semua itu membuat aku bahagia dan merasa tidak sia-sia. Begitu juga dengan kang.darma sekarang sudah bisa aku belikan andong walau pun masih belum lunas, tapi aku yakin semuanya akan berjalan dengan baik.
“neng, akang ingin bilang sesuatu sama eneng?” ujar kang.Darma sambil memandikan si barong, kuda hitam yang baru tiga bulan kami miliki
“sok aja atuh kang, kaya yang baru kenal aja sama Ranti” jawabku sambil ku anyam daun pisang untuk dijadikan alas makan siang kami
“sejujurnya akang menyayangi eneng lewih ti adik lanceuk?”
“maksud akang? Akang bogoh ka Ranti...”
“muhun neng, ya kaputusan mah aya di eneng!”
“kumahanya kang, sejujurnya Ranti juga menyayangi akang tapikan kedua orang tua akang tidak suka dengan Ranti. Ya.. karna Ranti seorang sinden jaipong. Keluar malam pulang pagi”
“tapi kan mereka tidak tahu bagaimana eneng bekerja”
Aku pun hanya bisa terdiam, sulit untuk ku menjawab aku juga sangat mencintainya. Karena aku tak  ingin melihat kang.Darma harus ribut dengan orang tuanya hanya karena aku seorang sinden jaipong. Tapi kang.Darma terus menerus meyakinkan orang tunya dan meyakinkan aku agar kami bisa bersama. Jujur ini adalah hal tersulit yang harus aku putuskan di usia ku masih enam belas tahun.
                Malam-malamku kian ramai, makin banyak orang yang datang ke setiap pentas ku dan teh.Lilis. alhamdulilah penghasilan kami pun bertambah jauh lebih banyak dan penggemaar kami berdua pun kian hari kian bertambah. Sampai-sampai yang biasanya sinden jaipong hanya di panggil pada malam hari saja kini siang pun banyak yang menggunakan jasa hiburan dari kami.
“apa aku bilang Ranti, kau akan membawa kami semua ke titik yang jauh lebih baik dari segi penghasilan”ujar teh.Lilis sambil menghapus gincu yang menghiasi bibirnya
“ah... teteh mah bisa saja”
“benar itu Ranti, kehidupan kami jadi jauh lebih layak”sahut pak.dadang dari balik kelambu warna jingga yang membatasi antara ruang para dewi malam dengan ruang para pemain alat musik
“bukan begitu pak, ini semua rejeki buat kita semua. Mudah-mudahan ini semua bisa berkah dan manjang... “amin”
“baru segitu aja udah dibangga-banggain, aku jelas-jelas bikin grup ini maju dari tujuh tahun yang lalu kalian gak pernah ngucapin terima kasih atau apa ke padaku” teh.Mira meradang saat semua orang tertuju pada ku
Sungguh aku jadi merasa tidak enak dengan teh.Mira, dia memang paling dulu bergabung dengan grup ini dibanding  dengan teh.Lilis dan aku.
                Kang.Darma seseorang yang sangat aku cintai kini akan segera menikah dengan pilihan orang tuanya. Gadis beruntung itu bernama Teh.Nining, dia keponakan kepala dusun. Sungguh beruntung kang.Darma begitu juga Teh.Nining. Aku pun perlahan-lahan mulai mencoba melepaskan rasa yang sudah menusuk kedalam raga dan jiwa ku ini. Aku pun selalu menghindar dari kang.Darma yang masih saja memaksa aku tuk menikah dengannya sedangkan pernikahannya dengan  Teh.Nining tinggal  beberapa bulan lagi.
“Ya Alloh anu maha asih... abdi binggung ya Alloh kedah kumaha?”
Lirih hati di sepanjang malam di sepanjang perjalanan, aku rindu pada kang.Darma. Biasanya dia yang narik andongnya tapi sekarang jadi abah, rasanya sangatlah berbeda, aku kehilangan. Tapi mau gimana lagi, restu tak kunjung aku dapatkan. Aku pun merasa kasihan pada abah karena kini setiap malam harus mengantar dan menunggu aku pentas kesehatannya pun mulai terganggu.
“ya Robb.. kian hari kian dilema aku rasakan dalam hati ini. Haruskan bunga cinta ini harus gugur ke bumi dan berakhir sampai disni...”
Kang.Asep kini jadi sosok yang hadir di kehidupanku saat ini, dia seorang pengepul sayur-mayur warga dusun. Dia datang dari keluarga yang cukup kaya dan terhormat di dusunku. Aku bertemu dengannya ketika aku mengisi acara pemilihan dan pengukuhan kepala dusun yang lalu. Setelah kepala dusun yang lama meninggal, menurut kabar berita yang tersiar kepala dusun lama terkena santet. Tapi buat aku semua itu belum tentu pasti.
“neng akang.Asep bade ameng ka bumi, kenggeng teu?”
“ah ari abdi sih mangga wae ari bade amengan mah, tapi akang kedah nyarios heula ka abah”
“abah na palih mana?”jawab kanga.Asep sambil matanya mencari posisi abah ku
“abah ada di dalam andong”sambil ku tunjuk posisi abah saat itu
Kang.Asep pun langsung menghampiri abah dan minta izin untuk berkunjung kerumahhku dan melamarku. Jujur hingga saat ini detik ini aku belum bisa melupakan kang.Darma, aku masih dan akan tetap cinta sama kang.Darma.
Keesokan harinya kang.Asep datang ke rumahku beserta kedua orang tuannya dan saudara-saudaranya. Aku langsung di ajak menikah saat itu juga, tapi aku meminta waktu untuk saling mengenal terlebih dahulu. Mereka pun menerima permintaan ku ini, mereka memberikan waktu tiga bulan untuk kita saling menggenal. Kedua orang tua ku pun setuju dengan kang.Asep.
“Ranti, mendingan jangan sampai nunggu selama tiga bulan. Akhir bulan ini juga sudah bisakan untuk menikah”ujar ibu mengomentari apa yang jadi persyaratanku
“ah... ibu tidak seperti itu juga lah, biarkan dia memutuskan jalan hidupnya sendiri” balas abah di depan pintu dapur
“aku meminta waktu selama tiga bulan ini , karena aku belum tahu siapa dia?”
“cenah entos hoyong nikah? Ah ema mah udah setuju sama dia. Tapi kalau sama Darma ema gak setuju. Raheut na hate geus jero neng”
Perdebatan kecil itu pun berakhir jua di ujung senja yang memberikan warna kuning di langit. Menandakan aku harus segera beranjak pergi ke tempat pentas. Namun hari ini aku harus pergi dengan berjalan kaki terlebih dahulu ke rumah teh.Lilis untuk ikut serta ke tempat pentas. Tapi saat aku pergi ke rumah teh.Lilis aku bertemu dengan kang.Darma. kang.Darma malah mengajakku pergi entah aku pun tak tahu tujuan kita berdua pergi.
“kang kita teh mau kemana, ini sudah malam dan aku harus tampil pentas” ujarku sambil tanggan ku di genggamnya erat-erat hingga sakit aku rasakan
“tenang saja, aku tidak akan mencelakakan mu. Kau tahukan aku sangat menyayangi dirimu Ranti”
“aku tahu itu, tapi kita mau kemana?..”

Tiba-tiba hujan pun turun, aku dan kang.Darma pun panik mencari tempat untuk berteduh. Untung saja masih ada satu rumah kosong yang masih berdiri tegak dipinggir hutan. Seluruh tubuh pun basah kuyup, riasan wajahku pun luntur semuannya. Kang.Darma pun berusaha mencari sisa-sisa ranting kering yang masih bisa menyala untuk menghangatkan tubuh dan mengeringkan pakaian kami. Malam pun kian larut, hujan pun masih enggan pergi  sambaran petir pun terus mengiringi. Entah setan mana yang merasuki raga kami atau ini yang disebut kekuatan cinta yang di selimuti hawa nafsu. Kami berdua pun melakukan hubungan yang tak sepantasnya kami lakukan, semalaman suntuk kami bercumbu rayu. Habiskan malam penuh dengan gairah kehangatan dan aliran emosi, hingga setiap kecupannya membangkitkan gairah jiwa setiap sentuhannya membuat aku kian tak berdaya. Desah nafas kami pun melebur menjadi satu hingga rasa lelah lah yang mengalahkan kedasyatan malam itu..
                Pagi pun tiba, sadarku seluruh tubuhku suda telanjang bulat begitu juga dengan kang.Darma. aku hanya bisa menangisi apa yang sudah terjadi tadi malam. Sesal kian dalam aku tak bisa memaafkan diriku sendiri dan aku harus bagaimana dan berkata apa pada kang.Asep. pria yang sudah benar-benar mau menerima aku apa adanya, walau pun mereka tahu aku hanyalah seorang anak kampong yang miskin dan profesi sebagai sinden jaipong(dewi malam).
“kang kau sudah apa kan aku?..”tanyaku penuh amarah
“akang minta maaf neng, sungguh akang lepas kendali” jawab kang.Darma sambil menutup tubuhku dengan kain
“akang jahat. Akang udah ngehancurin masa depan aku”
“bukannya kau juga sangat mencintai aku? Lantas apa yang salah apa yang susah, kita tinggal menikah. Kalau kau kahil aku akan tanggung jawab”
“bukan itu yang jadi persoalannya kang, tapi pertanggungjawabannya nanti di akhirat, pada orang tua ku dan pada kang.Asep..”
“owh.. aku tahu sekarang kau lebih memilih si asep borokokok itu dari pada aku”
“akang....”teriakku sambil ku tampar wajahnya
Aku pun langsung bergegas pulang, setelah kejadian itu sungguh aku merasa terguncang. Rasanya malu untuk bertemu orang-orang disekitarku. Hingga sudah dua minggu aku tak datang manggung, teman-teman mentasku pun sampai berdatangan kerumah dan bertanya mengapa aku jadi seperti ini.
                Tiga bulan berlalu, aku coba bangkit kembali dari peristiwa yang sangat membebani ku itu. Seperti biasa kang.Darma masih saja keukeuh mengajak aku menikah, dan pikirankupun kian galau karena sudah tiga bulan ini aku tidak datang bulan. Aku putuskan pergi ke pakraji(dukun beranak) untuk minta pertolongannya memeriksa keadaan rahimku. Teh.Lilis dengan setianya mengantarkanku dan terus-menerus memberikan semangat.
“neng ieu mah tos jadi”
“maksudna mak? Abdi hamil kituh?”jawabku penuh khawatir
“sumuhun neng, teras ayeuna kumaha. Bade di urut wae di kaluarkeun “
“ya Alloh... kedah kumaa ieu....?”
“Ranti tika iraha ge budak ieu tong di gugurkeun, inget dosa na jadi dua kali lipet” saran Teh.Lilis sambil memelukku dengan erat
“tapi kang.Asep kumaha teh... pernikahan kita tinggal dua minggu lagi”
Aku pun langsung bergegas mencari kang.Darma, aku beritahukan dia tentang kehamilanku ini. Kang.Darma langsung menemui orang tuanya dan meminta untuk menikahi aku saat itu juga. Akhirnya orang tua kang.Darma mengiyakan keinginan kang darma untuk menikahi aku. Disisi lain aku pun memberitaukan kehamilan ku ini pada ema dan abah, ema langsung kaget dan terjatuh pingsan. Lunglay rasanya tubuh ini dengan semua kejadian ini,aba pun hanya bisa menagis. Diluaran sana kabar ini langsung tersebar luas, teh.Mira langsung menyebarluaskan tentang kehamilanku ini dan membuat cerita-cerita yang menjatuhkan nama ku. Hingga kang.Asep pun tau dan merasa geram. Aku di pukulinya hingga bibirku peca dan berdarah.
Dua hari kemudian aku resmi menikah dengan kang.Darma tanpa restu Ema dan abah ku. Sakit rasanya hati ini terasa sesak rasanya dada ini. Ema tidak hadir dalam pernikahan ku, sungguh menjadi beban tersendiri. Dan aku langsung dibawa pindah kedusun sebelah.
                Kegiatan aku sebagai sinden jaipong pun menjadi terbengkalai, karena kang.Darma tidak mengijinkan aku untuk pergi mentas lagi. Tapi tak apalah yang penting kang.Darma bisa bertanggung jawab padaku sepenuhnya. Namun sayang semua itu tidak ia lakukan, aku malah disakitinya. Karena dipikirannya aku masih mencintai kang.Asep. padahal dari awal aku tak pernah mencintai kang.Asep, sedikit pun aku tak mencintainya karena yang ada dihatiku dari awal adala kang.Darma.
“kang setiap malam akang kemana?”tanyaku penuh curiga, karena sudah satu bulan ini kang.Darma selalu pulang pagi, mulutnya bau minuman dan badannya bau minyak wangi perempuan
“ku naun sia nanya-nanya, kumaha aing we...”
“wajar kang, saya ini istri sah mu...”
“aku nikahi kamu karena terpaksa?”
“maksud akang apa? Bukannya akang yang sudah menodai aku, ingat kang kejadian malam itu sekarang perutku suda membuncit suda enam bulan usianya. Tapi akang malah berpikir seperti itu”
Sungguh aku kian tak mengerti apa yang ada di pikiran kang.Darma saat ini. Banyak orang yang memberi tau kepadaku kalu kang.darma selingkuh dengan teh.Mira. sakit rasanya hati ini, keadaan ku pun kian memburuk. Aku jadi sering sakit-sakitan, hidungku sering mengeluarkan darah. Sungguh sangat ironis kisah hidupku saat ini.
“ema aku kangeun kepadamu, aku ingin bertemu tapi setiap aku akan pergi kerumahmu kang.Darma selalu mencegahku. Tak jarang aku selalu dipukulinya ema. Ema ...... tulungan.....”
                Diam-diam aku kabur kerumah ema, saat aku berjalan aku memergoki kang.Darma sedang berduaan di warung teh.Irob. sungguh sakitnya hati ini, pada siapa lagi aku harus mengadu dan bersandar. Orang tua ku kalau tahu tentang masalah ini, mereka pasti akan kepikiran dan aku tidak mau itu terjadi. Aku putuskan untuk pergi keruh teh.Lilis, tapi sayang teh.Lilis sudah tidak tinggal di dusun ini lagi dia pindah kedusun sebrang. Lengkaplah penderitaanku, pada akhirnya aku putuskan pergi kerumah orang tua ku, ku tutupi semua yang sudah menimpaku. Karena aku tak mau membebani pikiran mereka. Sudah seminggu aku tinggal bersama orang tuaku, tapi kang.Darma tak kunjung datang untuk menjemputku pulang atau pun melihat keadaan ku sebentar saja.
“suamimu kemana Ranti”tanya abah
“mungkin kang.Darma masih sibuk dengan kerjaaan nya bah”
“ah masa sesibuk-sibuknya seorang suami suda seminggu di tinggal istrinya pasti dicari atau pun di tengoklah setidaknya”sahut ema yang sedang membuat sarung bantal untuk bayiku nanti
“sudah lah tak apa, oh iya mak... pakaian yang aku siapkan untuk si kecil disimpan dimana? Aku mau setrika?”
“udah teh biar sama aku saja”jawab adikku Rara
Kesehatanku pun kian hari kian semakin buruk, darah yang keluar dari hidung semakin sering keluar dan semakin banyak. Gerak si kecil didalam perut pun semakin jarang aku rasakan...
Aku harus tetap bertahan dari semua cobaan ini, tingal satu bulan lagi si kecil akan segera lahir kealam dunia. Bukan orangnya yang datang kepadaku malah kabar yang tidak mengenakkan lah yang menghampiriku. Kang.Darma menikah lagi dengan teh.Meri dan aku ditalaknya melalui adik sepupunya. Sungguh aku tak percaya dia bisa setega itu kepadaku, padahal aku ini wanita yang sangat dia cintai.
“kang.Darma ini kah balasan mu untuk ku yang suda mau berkorban dan selalu mempertahankan semua ini demi kamu tapi kamu malah menyakiti aku.”
Hari akhir itu ternyata tiba lebih awal sebelum semua permasalahan yang membelengguku terselesaikan dan anakku lahir. Mtaku tertutup rapat nafasku tak lagi berhembus detak jantung nadi dan aliran darahku terhenti. Saat aku terbangun, lorong tanah yang masih basahlah yang aku rasakan. Inikah yang disebut akhir dari hidup..?

Perkenalan ...

Nama saya IRLAN JAELANI, saya lahir di bogor jawa barat indonesia pada tanggal 27 Juni 1991. ayah saya berasal dari kota batik dan ibu saya mojang bogor. saya tumbuh dan berkembang di Bogor tapi tekad saya dalam menjalani hidup masih berjiwa Jawa, teguh dan harus bisa...
saya suka menulis dan  harus tampil keceeee saat keluar rumah, he.9x
saya memiliki seseorang yang sangat berarti didalam relung hati terdalam, walau tak bisa saya miliki tapi saya akan tetap menjaga semua kisah dan kenangan yang pernah kita ukir bersama.