Kamis, 24 Mei 2012

DAN LAGI (PART 2)

aku memang tak sempurna tapi aku punya hak utuk di cintai


Jejaring social menjadi wadah untuk aku mencurahkan segala kepenatan yang aku lalui dalam hidup ini setelah dia meninggalkanku. Seiring berjalannya waktu, aku pun mulai bisa melupakan semua  kenangan ynag terindah bersamanya. Walau banyak hal yan aku rasakan sangat merugikan aku. Tapi aku coba tegarkan diri bahwa bila semuanya terus diratapi gak akan pernah kembali yang ada hidup kita semakin hancur.
          Dijejaring social kamu banyak mendapatkan teman baru, mulai dari daerah yang sama sampai yang luar pulau bahkan luar negri. Senang rasanya aku saat ini, banyak bertukar informasi sehingga aku bisa banyak tahu tentang dunia luar. Kenangan bersamanya pun kian memudar  tak lagi bisa ku ingat. Apa lagi aku mendapatkan sosok pria baru yang sangat perhatian terhadapku. Ya bisa dibilang cinta dunia maya....
Setelah beberapa pecan kami menjalin komunikasi secara intens melalui alat komunikasi atau pun jejaring social. Akhirnya kami pun bertemu.
          Dirga Pratama, nama y sesuai orangnya gagak dan penyayang walau penilaian ini aku ambil dari sudut pandangku. Beberapa kali akhir pekan kami habiskan bersama, walau pun hanya sekedar ngobrol diwarung pinggir jalan. Dia beberapa kali memberikan aku ucapan manis hingga aku tak bisa untuk melupakannya. Sentuhan dan tatapannya yang tak melecehkanku membuat aku kian nyaman berada bersamanya. Satu persatu ksah yang memilukan yang pernah aku alami kian terhapus. Hingga tak sudi rasanya aku untuk mengenal lelaki bajingan itu.
“aku bahagia bisa bersama kamu bew..”
Dia peluk erat tubuh ini
“aku juga bahagia bisa bersama kamu, tapi aku takut kamu gak bisa terima aku dengan apa adanya”
“Andita kamu gak perlu takut, aku pun punya masa lalu. Untuk apa kita terus berpikir kebelakang bila ada masa depan yang indah di depan sana”
“kamu yakin?..”
“kenapa harus gak yakin kalo semua yang kita lalui didasari rasa sayang yang tulus. Toh masa lalu aku pun gak sesempurna nabi bew”
Aku pun kian terenyuh akan perkataannya, aku kian yakin bahwa dia pilihan terakhir dihidupku. Aku akan menjaga semuanya hingga akhir nanti...
          Fajar yang bersinardi balik embun yang menyegarkan pagi hari pun tertutup satu gumpalan awan hitam. Entah mengapa awan itu kian menggoda bunga tuk terus menatap bentuknya yang kian menyerupai dewa amour. Ku helakan nafas yang panjang, ku jawab sapa nya yang di sertai senyumnya yang lembut.
“apa kabar andita?...”sapa Zee, si pecinta masa SMA yang membuat ku luka
“baik zee, kamu sendiri?.. ku jawab sapanya sambil ku terima uluran tangannya
Kian hari kian dekat kami menjalin komunikasi setelah aku pertemuan tak sengaja itu di salah satu pusat pebelanjaan. Dia terus memperhatikan aku, menelponku menghibur aku di saat lelah. Walau semua itu dilakukan lewat telpon. Jujur rasa yang telah mati itu pun kian bersemi kembali, hingga aku tak menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Aku pun kian melupakan Dirga, karna terus terbuai akan perhatian Zee.
          Satu sore aku pun menepati janjikuuntuk bertemu Dirga di tempat biasa kami bertemu. Sebenarnya pertemuan ini sudah direncanakan sejak tinga mingu alu namun aku selalu lupa karena Zee selaludatang kerumah dan mengajakku pergi. Saat aku dan Dirga asik dengan obrolan kami dan rasa rindu yang ternyata masih tumbuh uga dihati ini. Zee tiba-tiba menelponku dan dia sedang diperjalanan untuk menjemputku ditempat dimana aku dan Dirga bertemu.
“kamu jangan gila, aku lagi sama Dirga?..”emosi rasanya aku menghadapi sikap Zee yang kekanakan
“aku pokoknya menuju kesitu, tunggu aku”
“lu gila yua,,,,”
Di putuskannya sabungan telpon kami...
Dirga pun menatapku yang kebingungan dengan penuh curiga
“kamu kenapa, siapa tadi yang menelpon kamu?”
“bukan siapa-siapa hanya teman, dia mau mengganggu kencan kita”
Tertawalah Dirga dengan terbahak-bahak
“aduh bew kamu gak usah sepanik itu juga, biarin aja di kesini. Sekalian aku juga ingin mengenal siapa saja yang jadi teman kamu”
“tapi dia laki-laki”
“ya gak masalah...”
Zee puin tiba, di berusaha mengajakku untuk pergi dan membuat Dirga tidak nyaman dengan nada bicaranya serta perkataannya yang kian mengeras.
Jujur yang kini ada dipikiranku hanya satu, aku harus mencari cara agar Zee pulang dan Dirga tak curiga akan hubungan aku dan Zee.
Tak bisa dihindari lagi mereka berduapun akhirnya saling perang argument tentang apa itu cinta untukku.
Malu rasanya diriku saat semua orang menatap kearah kami bertiga, terpaksa satu tamparan aku daratkan dipipi mereka berdua. Aku pilih untuk pergi meninggalkan mereka berdua dikedai itu.
          Dua hari aku tak menjawab panggilan dan pean singkat yang mereka berdua kirimkan kepadaku. Dua hari pula aku tak menemui meeka yang terus mencoba menemui aku di rumah maupun ditempat dimana aku bekerja. Sampai mereka di usur oleg security yang bertugas ditempat aku bekerja.
Setelah itu aku putuskan untuk memberikan keputusan yang terbaik, aku pilih mendengarkan keinginan mereka untuk aku jadikan satu keputusan terbaik. Dirga memilih untuk tetap mencintaiku tapi dia juga memilih untuk pindah tugas keluar daerah. Sedangkan Zee dia meminta aku untuk kembali merajut tali asmara yang sempat di bunuh. Sulit untukku melepaskan keduanya, akhirnya aku coba jalani semuanya sesuai air yang mengalir. Dirga ian sibuk ditempat kerja barunya, sampai-sampai dia lupa untuk sekedar memberiku kabar. Sedangkan Zee kian intensif menemui aku dan menjalin komunikasi.
          Aku kian larut dalam kenangan masa lalu yang kian merajai hati walau beberapa kali aku hapus. Namun hasilnya aku kian terperangkap didalamnya. Apalagi kini Dirga mengilang entah kemana, tak pernah aku dapatkan kabar darinya. Sedangka Zee kain hiasa hari-hariku yang merasa sepi karna Dirga menjauh.
Pada titik akhir kesabaranku menunggu kabar yang tak kunjung aku dapatkan. Aku putuskan untuk menjalin hubungan dengan Zee. Indah rasanya, apa yang pernah kami lalui bersama dulu seakan terulang kembali. Memori-memori sekolah pun kian bangkit kembali diperjalanan cinta ini.
Aku pun kembali ketitik hitam dimana aku terjerumus dilumpur yang sama. Aku dan Zee kain tak terkontrol lagi, kehidupan yang tak semestinya kami jalani sebelum ijab Kabul pun kami lakoni. Raga ini kian ta bisa lagi menolak hasrat Zee kian menggebu. Pikiran ini kian membeku dan tak bisa bilang tidak saat Zee meminta banyak hal terhadapku. Semua aku berikan semuanya aku turuti apa yang jadi maunya apa yang jadi keinginanya.
Tak pernah terbersit sdikit pun dibenakku kalau Zee akan meninggalkan ku seperti dahulu dia lakukan padaku.
          Terlalu terbuai aku dibuatnya, hingga hari perpisahan itu pun tiba. Setelah semua yang telah kami lewati bersama selama dua bulan membuat aku kian yakin terhadapnya. Tapi yang aku dapati ternyata bukanlah suatu akhir yang bahagia melaikan kisah lalu yang membuat hati ini kian goyahlah yang aku alami. Zee meninggalkanku pergi tanpa rasa perduli atau pun iba terhadapku setelah apa yang aku lakukan terhadap apa yang telah aku berikan untuk dirinya. Aku bagaikan samapah yang tak ingin lagi dia ambil, dia pakai taupun dia simpan. Di pergi begitu saja....
Sakit rasanya hati ini, sulit bagiku kini untuk percaya lagi akan kesetiaan cinta. Semua itu kini dimataku hanyalah bunga nafsu yang akan menjerumuskan kita pada satu titik dimana kita akan menyesal.
“tuhan tak banyak yang kini aku minta,malu rasanya bila aku masih meminta banyak terhadapmusetelah apa yang aku lakukan. Yang kini aku inginkan hanyalah, dosa yang aku lakukan engakau ampuni dan ibadahku engkau terima. Dengan siapa nanti aku hidup berdampingan berumah tangga. Aku pasrahkan hanya kepadamu, engkau yang maha tahu atas apa yang akan terjadi dihidupku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar